Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan keluarganya, juga sejumlah properti yang terdaftar sebagai hak miliknya berhak mendapat perlindungan Secret Service. Namun, bagaimana bisnis sang miliarder yang menggurita di luar negeri?
Seorang ahli keamanan mewanti-wanti bahwa sejumlah properti dan kemungkinan staf yang bekerja di gedung milik Trump terancam.
Advertisement
Tak hanya oleh geng kriminal, namun teroris bisa menjadikannya sasaran empuk aksi mereka. Apalagi, lambang huruf T dengan warna keemasan menjadi tengara gedung-gedung milik Trump.
"Mereka mungkn akan mencuri karyawan Trump di luar negeri dan tak akan ada negosiasi," kata Colin P. Clark, ahli ilmu politik yang bekerja untuk RAND Cooperation. Ia bekerja untuk meneliti terorisme serta jaringan kriminal internasional.
Dikutip dari AP pada Senin, (23/01/2017), peringatan itu membuat polisi, intelijen dan aparat keamanan lainnya harus bersiap 24 jam. Tak hanya di AS tapi di seluruh dunia di di mana properti Donald Trump berada.
Sebelum Trump jadi presiden, merek-merek AS telah menjadi sasaran kekerasan dan target demonstrasi.
Dengan Trump naik jadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam, kemungkinan serangan kepada properti yang ia miliki otomatis meningkat.
Terkait isu itu, Trump Organization mengatakan "telah meningkatkan protokol keamanan atas properti yang dimiliki oleh Trump di luar negeri."
"Tim kami terus bekerja sama dengan aparat lokal. Kami juga bekerja sama dengan pengembang lokal yang menggunakan properti Trump untuk menjamin keselamatan penyewa, tamu dan pekerja," lanjut pernyataan itu.
Salah seorang residen di Trump Tower Apartemen di Seoul, Korea Selatan mengaku keamanan para penghuni selama ini terjamin. Tak ada peningkatan jumlah petugas keamanan.
"Teror? Saya tidak berpikir itu akan terjadi. Saya hanya berharap harga properti ini naik," kata Kim Ok-kyu.
Namun, properti di area yang berpotensi krisis, seperti Trump Tower di Istanbul makin meningkatkan keamanannya.
Sementara itu, sejumlah properti dengan bendera Trump juga berada di Bali. Menurut juru bicara kepolisian Denpasar, Hengky Widjaja, tak ada permintaan penambahan keamanan.
Demikian pula dengan sejumlah properti Trump di Mumbai dan Manila. Sejauh ini tidak ada permintaan penambahan jumlah petugas keamanan.