Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Arif Wibowo memastikan tidak akan mengurangi penggunaan mesin produksi Rolls Royce dalam pesawat yang dimilikinya.
Hal ini dipastikan Arif menanggapi kasus yang menimpa mantan Dirut Garuda tahun 2004-2014 Emirsyah Satar. Emir diduga menerima suap dari Rolls Royce terkait penggunaan mesinnya dalam pesawat Airbus A330-300.
Advertisement
"Tidak (dikurangi), karena kita kan memiliki fleet plan dan itu sudah didesain 10 tahunan. Jadi sampai saat ini kita lebih fokus bagaimana fleet cost atau biaya yang terkait biaya armada kita efisienkan," kata Arif di Kementerian BUMN, Selasa (24/1/2017).
Adapun biaya armada itu, ujar Arif, dipengaruhi tiga komponen, yaitu leasing cost, maintenance cost, dan insurance cost. Ketiga hal itu yang sampai saat ini terus dilakukan renegosiasi dengan pihak terkait demi efisiensi.
Renegosiasi beberapa kontrak ini dilakukan Arif sudah sejak dua tahun lalu. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan perusahaan melakukan efisiensi mencapai US$ 170 juta selama 2016.
Sebelumnya, Arif mengungkapkan dirinya juga mendapat arahan dari Menteri BUMN Rini Soemarno terkait kasus yang melibatkan pendahulunya di Garuda Indonesia
"Bu Rini menyampaikan, prinsipnya satu, integritas. Kedua, GCG harus berjalan dengan baik, jadi ini memang yang harus menjadi landasan kita dalam menjalankan perusahaan yang besar," ujar Arif. (Yas)