Liputan6.com, Bengkulu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu sedang mencarikan jodoh bagi empat ekor siamang yang disita dari Taman Satwa Kota Bengkulu untuk dijadikan pasangan hidup. Saat ini keempat siamang itu masih dalam tahap pemulihan di bawah pengawasan dokter hewan akibat kurang terawat dan kekurangan asupan makanan bergizi.
Kepala BKSDA Bengkulu Abu Bakar mengatakan dari empat ekor siamang itu tiga di antaranya jenis Hylobates Syndactilus sedangkan satu ekor lagi berjenis Artictis Binturong atau biasa disebut Binturung. Keempatnya akan dilepas kepada pihak pengelola kawasan konservasi atau kebun binatang yang memiliki pasangan jenis siamang yang ada.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk jenis Hylobates ada satu ekor jantan remaja dan dua betina dewasa, sedangkan jenis binturung kami memiliki satu ekor jantan dewasa," kata Abu Bakar di Bengkulu, Selasa 24 Januari 2017.
Selain empat ekor satwa dilindungi itu, BKSDA Bengkulu juga menyita Rusa Samba, Kijang dan Owa atau Hylobatidae masing masing satu ekor. Satwa dilindungi lain yang juga akan diserahkan kepada pengelola kawasan konservasi adalah dua ekor buaya muara berjenis kelamin betina dewasa dan satu anakan yang jenis kelaminnya belum diketahui.
Untuk jenis burung yang dilindungi ikut disita yaitu dua ekor burung hantu,dan lima burung lain yaitu Elang Brontok, Elang Gunung, Bangau Tong Tong, Enggang dan Pecuk Ular masing masing satu ekor.
Semua satwa itu disita karena Taman Satwa Bengkulu yang berlokasi di Taman Remaja Kota Bengkulu itu sudah tidak diberi makanan layak sejak awal Januari 2017. Taman Satwa yang sudah ada selama 11 tahun itu juga selama ini tidak mengantongi izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Kami mengambil tindakan menyita karena satwa yang ada di sana dalam kondisi sangat menkhawatirkan, jika dibiarkan nyawa mereka terancam," lanjut Abu Bakar.
Pemerhati satwa dari Kelompok Pecinta Alam dan Lingkungan (KPAL) Dwipala, Rudi Zapariza meminta BKSDA untuk melepas saja satwa sitaan itu ke habitat di sekitar Bengkulu. Tetapi harus melalui proses karantina dan penyesuaian alam. Jika langsung dilepas, tentu saja satwa itu tidak siap dan akan mati sia sia.
Beberapa alternatif kawasan konservasi di Bengkulu yang bisa dijadikan tempat hidup satwa langka itu adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Buru Semidang Bukit Kabu.
"Jika diserahkan kepada pihak Kebun Binatang, bukaan solusi untuk perkembangbiakan satwa langka ini, mereka tidak bisa menyatu dengan alam yang menjadi habitat asli mereka," tegas Rudi.