Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Rencana itu pun menuai kecaman.
Alasannya, jika AS memindahkan kedutaannya maka perundingan damai Israel-Palestina akan menghadapi kebuntuan. Pasalnya, Palestina menginginkan Yerusalem jadi ibukota negaranya di masa depan.
Kecaman atas rencana tindakan AS, juga disampaikan Pengamat Kebijakan Internasional yang juga merupakan Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal.
Ia berharap pemindahan ini hanya sekadar wacana AS. Yang tidak diwujudkan jadi kenyataan.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan konsep pemindahan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan langkah yang buruk dan akan merugikan perjuangan bangsa Palestina," ucap Dino.
"Kita harap itu tidak akan terjadi dan kalau terjadi itu akan ditentang oleh pemerintah dan rakyat Palestina," sambung dia.
Ia pun memastikan, two state solution yang jadi jalan keluar dari masalah pertikaian Israel-Palestina akan rusak dan tak bisa dilaksanakan.
"Kalau menurut saya begitu," ujar dia.
Dinno beralasan, jika AS memindahkan kedutaan dalam waktu dekat akan memanaskan situasi Israel-Palestina. Sebab, pembicaraan damai kedua negara saat ini tengah berhenti.
"Ya sekarang kan situasinya lagi sangat labil. Perundingan Israel dan Palestina gak jalan. Two state solution di ambang kandas," papar mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini.
"Kenapa menciptakan gerakan baru yang hanya akan semakin perburuk suasana. Jadi mudah-mudahan presiden Trump dapat dengan bijak pertimbangkan dengan sangat hati-hati gagasan ini dengan tidak memindahkan kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem," sebut Dino.