33 Juta Pria di Tiongkok Tak Akan Punya Pasangan, Kecuali Dia Gay

Menurut BPS Tiongkok jumlah penduduk negeri ini 1, 38 miliar. Dari sejumlah itu, jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Jan 2017, 17:30 WIB
Warga tiongkok

Liputan6.com, Jakarta Menurut BPS Tiongkok tahun 2016 jumlah penduduk negeri ini 1, 38 miliar. Dari sejumlah itu, jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.  Perbedaan jumlah itu sangat besar, yakni 33 juta orang. Ini tentu berkebalikan dengan rata-rata jumlah warga perempuan di negara-negara lain. 

Data yang dilansir baru-baru ini memperlihatkan jumlah laki-laki di negeri dim sum ini sebanyak 708.150.000,  sementara jumlah perempuannya hanya  674.560.000. Perbedaan antara jumah laki-laki dan perempuan sangat besar yakni 33.590.000 atau kira-kira 3 kali jumlah penduduk Jakarta di malam hari.  

Data ini tentu sangat mengkhawatirkan para pejabat di Tiongkok.  Dengan adanya perbedaan jumlah perempuan dan laki-laki yang sangat besar itu bisa menimbulkan gejolak sosial. Perbedaan itu akan sangat berdampak pada para bujangan di negeri itu.

Dikhawatirkan karena tidak sebandingnya jumlah perempuan dan laki-laki tersebut akan menimbulkan perdagangan manusia yang semakin marak. Mereka menculik para wanita dari negara-negara seperti Vietnam untuk dijadipan pengantin di pedesaan-pedesaan Tiongkok.

Dilansir dari Shanghaiist, kondisi ini diduga salah satu penyebabnya adalah kebijakan pemerintah Tiongkok yang hanya membolehkan setiap pasangan hanya punya satu anak. Sehingga tak sedikit pasangan di Tiongkok yang melakukan aborsi karena takut melanggar peraturan pemerintah.

Beberapa peneliti menemukan fakta, 25 juta perempuan telah "hilang" karena kebijakan politik atau karena aborsi yang dilakukan para orangtua.

Baru-baru ini Tiongkok telah menghapuskan kebijakan satu anak yang telah diberlakukan selama beberapa tahun yang mengakibatkan banyak orang melakukan sterelisasi dan aborsi. Selain itu banyak juga orang tua yang "menyembunyikan" anak kedua dan adik-adiknya.

Pejabat lokal mengabaikan fakta tersebut, mereka menutup mata demi kepentingan kestabilan politik dengan tidak mencatat kehadiran mereka.

Pada Minggu lalu, BPS Tiongkok mengumumkan tahun 2016 negara itu mencatat angka kelahiran tertinggi dalam 17 tahun terakhir setelah kebijakan satu anak dihapus. 

Bagaimana menurutmu?

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya