Mengapa Imlek Harus Makan Hiu? Begini Sejarahnya

Menu hiu yang menjadi sajian wajib saat perayaan tahun baru Imlek kerap mengundang kontroversi.

oleh Annissa Wulan diperbarui 25 Jan 2017, 17:15 WIB
Penasaran mengapa dalam kebudayaan Tionghoa, masyarakat masih harus makan sup sirip ikan hiu? Simak sejarahnya di sini.

Liputan6.com, Jakarta Bertepatan dengan tahun baru Imlek yang akan segera dirayakan, masih ada beberapa budaya yang melekat atau dianggap sakral untuk dilakukan. Jika sampai saat ini Anda hanya mengetahui barongsai, pemberian angpao, atau penggunaan warna merah, ternyata ada menu makanan wajib yang harus disajikan saat Imlek, yaitu sup sirip hiu atau shark fin soup.

Dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa, memakan sup sirip hiu sudah dikenal sejak berdirinya dinasti Zhou, dan dianggap sebagai prestise, atau memperlihatkan kekayaan yang dimiliki seseorang. Menu hiu juga kerap disajikan di kalangan internal istana.

Masyarakat Tionghoa masih memiliki kepercayaan yang berbunyi "Chang Ming Fu Gui Jin Yu Man Tang", yang berarti panjang umur, kesehatan, dan kehormatan. Kepercayaan tersebut kemudian ditarik ke dalam delapan simbol, yaitu sea cucumber, shark fin, bird nest, deer tail, camel hump, elephant trunk, bear paw, dan monkey brain.

 

Sejarah inilah yang kemudian mengundang banyak kontroversi di kalangan masyarakat. Dalam diskusi terbuka bertajuk "Menghilangkan Hiu dari Menu Imlek" yang digelar WWF Indonesia hari ini, Rabu (25/1/2017), data mengungkap, sebanyak 30 persen hotel dan restoran berbintang, khususnya di DKI Jakarta, masih banyak yang menawarkan menu hiu saat perayaan Imlek. Bahkan dalam perayaan ini konsumsi daging hiu bisa mencapai sekitar 15.000 kilogram. Inilah yang kemudian menjadi fokus WWF Indonesia untuk menghentikan konsumsi ikan hiu saat perayaan Imlek dalam kampanye #ImlekBebasHiu.

Sup sirip ikan hiu. Sumber: World Atlas.

Salah satu hotel ternama di DKI Jakarta yang mengaku masih menyediakan menu hiu, membeberkan kisaran harga dari satu porsi sup sirip hiu yang bisa mencapai Rp 13 juta, jika disajikan secara utuh. Selain daging dan sirip, beberapa bagian yang masih sering dikonsumsi dari predator laut yang satu ini adalah hati, darah, mata, tulang rawan, dan kulit. Masyarakat Tionghoa juga masih percaya bahwa ikan hiu dapat meningkatkan vitalitas, selain juga baik untuk kecantikan, membuat awet muda, dan memelihara organ di dalam tubuh. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya