Liputan6.com, Jakarta - Jembatan overpass Pelangi Antapani, Bandung, Jawa Barat, diresmikan pengoperasiannya kemarin. Jembatan tersebut merupakan jembatan pertama di Indonesia yang mengaplikasikan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP).
Kepala Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danis H. Sumadilaga mengatakan dengan penggunaan teknologi CMP, jembatan overpass Pelangi Antapani mempunyai beberapa keunggulan.
Pertama, waktu pembangunan yang lebih cepat yaitu 6 bulan, dibanding teknologi yang menggunakan konstruksi beton yang umumnya memakan waktu 12 bulan.
Kedua, bentangan konstruksi bisa mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir delapan lajur kendaraan. "Rentang panjang juga mempermudah proses konstruksi sehingga menghemat waktu dan biaya," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Ketiga, lanjut Danis, saat proses konstruksi pembangunan tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan yang memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.
Baca Juga
Advertisement
Keempat, bentuk konstruksi jembatan layang baja bergelombang yang megah, dapat menambah nilai estetis suatu landscape dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan.
“Terakhir, selain ramah lingkungan karena mengkonsumsi bahan alam konstruksi yang jauh lebih rendah dibanding konstruksi dengan teknologi beton, Jembatan overpass Pelangi Antapani yang dibangun dengan teknologi baju bergelombang mempunyai daya tahan yang lama, lebih dari 100 tahun,” kata dia.
Menteri PUPR Basuko Hadimuljono mengatakan jembatan Pelangi Antapani merupakan overpass yang menghubungkan jalan Jakarta dan jalan Terusan Jakarta melewati Jalan Ibrahim Aji. Menurut dia, jembatan overpass Pelangi Antapani menjadi proyek percontohan pengaplikasian teknologi CMP. “CMP merupakan teknologi baru yang dikembangkan oleh Pusjatan Kementerian PUPR,” ungkap dia.
Kepala Pusjatan Kementerian PUPR, Herry Vaza, menyatakan, teknologi CMP merupakan pengembangan teknologi Corrugated Steel Arch. Teknologi ini menggunakan timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.
Lebih lanjut Herry menjelaskan, penggunaan teknologi CMP dalam pembangunan jembatan overpass Pelangi Antapani mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi yang diperoleh dari hasil konstribusi penggunaan mortar busa untuk timbunan pendekat jembatan yang menjadi ciri khas dari teknologi CMP.
"Potensi penggunaan CMP tidak hanya dipergunakan untuk membangun jembatan pada perlintasan kereta api, namun sangat cocok untuk persimpangan jalan yang menbutuhkan bentang yang panjang," jelas dia.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, jembatan overpass Pelangi Antapani ini bisa menjadi model pembangunan jembatan di daerah lain sehingga terwujud banyak jembatan meski anggaran terbatas. Ke depan, teknologi Jembatan overpass Pelangi Antapani yang menggunakan teknologi baja bergelombang bisa menjadi solusi lantaran tidak memerlukan anggaran yang besar dan waktu pengerjaan yang lebih cepat.
“Saya berharap jembatan ini akan menjadi model untuk mendorong pemanfataan teknologi-teknologi baru untuk membangunan infrastruktur di tanah air,“ tandas JK
Sebagai informasi, peletakan batu pertama overpass Antapani dilaksanakan pada 10 Juni 2016. Proyek Jembatan Pelangi mulai diuji coba di lintasi kendaraan pada 28 Desember 2016.
Total biaya pembangunan Jembatan overpass Pelangi Antapani berjumlah Rp 35 miliar, dengan perincian Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar berasal pemerintah Korea dalam bentuk komponen material. (Dny/Gdn)