Liputan6.com, Jakarta Meksi pasar kendaraan bermotor di Tanah Air diprediksi bakal mengalami peningkatan di 2017, namun industri otomotif nasional memiliki tiga tantangan yang harus dihadapi agar dapat bersaing dengan pasar international.
Menurut Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, tantangan tersebut berasal dari isu energi dan lingkungan, teknologi, serta perdagangan.
Untuk isu energi, kata Kukuh, hal ini berkaitan dengan banyak negara tujuan ekspor yang memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan dan energi, seperti di Timur Tengah, mulai menerapkan CAFE (Corporate Average Fuel Economy) dan carbon tax.
Baca Juga Advertisement
“Seperti diketahui Indonesia masih menerapkan standar Euro2, inipun tidak penuh. Gaikindo sudah menyampaikan ke pemerintah butuh waktu ke Euro4, namun hingga saat ini belum ada, dan kapan diberlakukan?” ungkap Kukuh saat ditemui media di Cyber Tower, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Rabu, (26/1/2017).
Soal teknologi, lanjut dia, kendaraan yang ada saat ini persyaratan keselamatannya baik global dan Asean lebih ketat. Sedangkan di Indonesia, standar keselamatan hanya menerapkan seat belt atau sabuk pengaman. Itu pun hanya dua, yakni pengendara, dan penumpang depan.
Padahal, kata Kukuh, berbagai perusahaan otomotif global, tidak hanya menerapkan seat belt, tetapi airbag diberbagai sisi yang jumlahnya bisa mencapai 6-8 kantung udara.
Terakhir, isu perdagangan. Kukuh menjelaskan, dari 250 juta penduduk Indonesia dan berpotensi terus tumbuh, hal itu tak sebanding dengan jumlah kepemilikan mobil. Hal inilah menjadi pasar yang menarik, sehingga makin banyak negara lain berminat melakukan perjanjian perdagangan dengan Indonesia.
“Ini juga merupakan tantangan tersendiri untuk industri otomotif ke depannya, karena makin banyak pilihan impor, biaya masuk relatif murah, bahkan nol. Inilah persaingan-persaingan yang ada,” tutupnya.