Panglima TNI: Pelanggaran Disiplin Prajurit Meningkat di 2016

TNI menggelar Operasi Penegakan Ketertiban (Gaktib) dan Yustisi TNI Tahun 2017.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 26 Jan 2017, 10:19 WIB
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo (tengah) bersama Kepala Staf TNI memberi keterangan usai Rapim TNI tahun 2017 di Jakarta, Kamis (19/1). Panglima menjelaskan beberapa hasil putusan Rapim TNI tahun 2017. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - TNI menggelar Operasi Penegakan Ketertiban (Gaktib) dan Yustisi TNI 2017. Hal itu demi mendisiplinkan prajurit agar jauh dari pelanggaran.

Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan, berdasarkan data pelaksanaan tugas 2016, pelanggaran pidana yang dilakukan anggota TNI memang menurun. Namun, pelanggaran sikap disiplin para prajurit malah meningkat.

"Untuk itu operasi ini ditujukan mendidik prajurit agat tidak melakukan pelanggaran. Seperti penyalahgunaan narkoba dan pelanggaran lalu lintas," tutur Gatot di Taxi Way Skadron Udara 17, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (26/1/2017).

Gatot merinci, 2016 sendiri menjadi tahun gencarnya TNI bersih-bersih dari pelanggaran penyalahgunaan narkoba. Tentunya, operasi itu akan meningkatkan upaya instansi militer pemerintah tersebut dalam meningkatkan loyalitas, moralitas, dan integritas internal.

"Tahun selama TNI berdiri itu 2016 kita paling banyak mengungkap pelanggaran narkoba di TNI. Sesuai arahan pemerintah saya melakukan operasi bersih-bersih soal itu," jelas dia.

"Dan hasilnya luar biasa. Tidak mengenal pangkat. Kolonel pun kita sikat. Sebagian sudah ada keputusan hukuman. Khusus untuk narkoba, komandan satuan juga menambahkan hukumannya untuk langsung diberhentikan," lanjut Gatot.

Dia pun menekankan agar operasi tersebut dapat berjalan sesuai aturan dan perintah kedinasan. Jangan sampai pula malah terjadi bentrok antar-prajurit dikarenakan arogansi petugas operasi.

"Disiplin adalah nafas prajurit. Prajurit itu sekumpulan manusia yang disiplin dan dipersenjatai. Tanpa disiplin moral dan etika akan berbahaya," pungkas Gatot Nurmantyo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya