Survei: Ahok - Djarot Unggul, Pilkada DKI Berpotensi 2 Putaran

Dari segi citra masing-masing kandidat, ketiga pasangan memiliki positioning dan diferensiasi yang kuat di benak pemilih.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 27 Jan 2017, 06:55 WIB
Dari segi citra masing-masing kandidat, ketiga pasangan memiliki positioning dan differensiasi yang kuat di benak pemilih.

Liputan6.com, Jakarta - Alvara Research Center merilis hasil survei tentang tingkat keterpilihan atau elektabilitas pasangan calon kepala daerah di Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasilnya, pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) masih unggul dari pasangan Agus-Sylvi dan Anies-Sandi.

CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali, mengatakan bahwa elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 34,83 persen, disusul pasangan Agus-Sylvi 31,75 persen, dan di posisi terakhir pasangan Anies-Sandi dengan elektabilitas 22,17 persen.

"Sementara pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 11,25 persen, sehingga Pilkada DKI berpotensi dua putaran. Pasangan Agus-Sylvi dan Ahok-Djarot yang berpotensi maju di putaran dua," kata Hasanuddin dalam paparan hasil surveinya di Jakarta, Kamis (26/1/2017).

Survei ini juga menemukan, secara popularitas, semua kandidat cagub sudah dikenal dengan baik seluruh pemilih DKI Jakarta. Ketiga pasangan calon memiliki tingkat popularitas yang cukup tinggi, yaitu di atas 90 persen. Agus-Sylvi (96,3 persen), Basuki-Djarot (97,5 persen) dan Anies-Sandi (95 persen).

"Hal ini tentunya didukung oleh pemberitaan yang massif di media massa dan komunikasi yang dijalankan oleh masing-masing pasangan. Pasangan Agus-Silvy dan Anies-Sandi dari segi popularitas tidak berbeda jauh dengan pasangan petahana Ahok-Djarot," ujar Hasanuddin.

Dari segi citra masing-masing kandidat, ketiga pasangan memiliki positioning dan diferensiasi yang kuat di benak pemilih. Artinya, pemilih sudah memiliki pemahaman yang baik tentang perbedaan setiap kandidat di Pilgub DKI Jakarta.

"Agus-Sylvi dipersepsikan dengan nasionalis dan berjiwa pemimpin, Basuki-Djarot dipersepsikan dengan mampu menyelesaikan masalah dan mampu melakukan perubahan, satu kata satu perbuatan. Sementara Anies-Sandi dipersepsikan dengan intelektual, cerdas, pintar, berwibawa dan dekat dengan rakyat," ujar Hasanuddin.

Menurut dia, terjadi pertarungan yang ketat antara Agus-Sylvi dan Ahok-Djarot di pemilih kelas bawah dan kelas menengah. Sedangkan pemilih kelas atas cenderung memilih Ahok-Djarot.

"Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pasangan Ahok - Djarot untuk memastikan pemilihnya datang ke TPS karena kelas menengah atas biasanya pada hari H malas datang ke TPS, sedangkan bagi Agus-Sylvi hal ini menunjukkan bahwa programnya mampu menarik hati masyarakat menengah bawah," papar dia.

Sementara dari sisi area, pasangan Ahok - Djarot lebih unggul di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. Pasangan Agus-Sylvi unggul di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sementara di Jakarta Utara, terjadi persaingan ketat antara Agus-Sylvi dan Ahok-Djarot dalam merebut suara pemilih.

"Dengan demikian, sesuai dengan hipotesis kami empat bulan lalu, survei ini membuktikan bahwa kunci kemenangan Pilkada DKI Jakarta ada tiga, yaitu pemilih millennial, middle-class, dan muslim (3M). Siapa kandidat yang mampu meraih simpati dan mendulang suara dari tiga tipe pemilih ini, dia yang akan memenangkan Pilkada DKI Jakarta," tandas Hasanuddin.

Proses pengumpulan data survei dilakukan pada 11-17 Januari 2017. Metode yang digunakan bertatap muka ke rumah warga terhadap 1.200 responden warga DKI di 120 kelurahan dengan mengikuti proporsi sebaran populasi penduduk DKI. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan margin error 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya