Liputan6.com, Washington, DC - Ketegangan antara pemerintahan Amerika Serikat (AS) dengan media meningkat menyusul pernyataan kontroversial kepala strategi sekaligus penasihat senior Donald Trump, Steve Bannon. Ia menyebut media sebagai "partai oposisi" dan menyarankan agar mereka "menutup mulut."
"Media seharusnya malu dan terhina serta menutup mulut mereka untuk sesaat mendengarkan," ujar Bannon dalam wawancara dengan The New York Times seperti dilansir CNN, Jumat, (27/1/2017).
Advertisement
"Saya ingin Anda mengutip ini: media di sini adalah partai oposisi. Mereka tak paham negeri ini. Mereka masih tidak mengerti mengapa Donald Trump menjadi Presiden AS," kata Bannon.
Pernyataan Bannon yang merupakan seorang populis sayap kanan dan mantan eksekutif Breitbart News, media politik konservatif Amerika ini muncul di tengah eskalasi ketegangan antara Gedung Putih dengan pers.
Sejumlah media menuding Gedung Putih pada era Trump tidak jujur dan tidak benar ketika mengklaim sejumlah hal. Salah satunya, tentang jumlah massa yang menghadiri pelantikan Trump.
Menurut Gedung Putih, setidaknya 1,5 juta orang menghadiri inaugurasi presiden ke-45 itu. Sementara laporan media menyebut jumlahnya sekitar 250.000 orang.
Sementara itu, dari sisi Gedung Putih, pemberitaan media dinilai tidak berimbang terhadap presiden baru. Tak hanya itu, pers juga dinilai telah membuat laporan tidak akurat. Salah satunya dengan mengatakan bahwa patung Martin Luther King Jr telah disingkirkan dari Ruang Oval.
Dalam wawancaranya dengan Sean Hannity, Trump telah membantah hal tersebut.
"Mereka mengatakan patung Martin Luther King Jr telah dipindahkan dari Ruang Oval. Itu tuduhan yang serius. Mereka tidak mengatakan bahwa patung itu sudah dibawa pergi, melainkan yang ingin mereka sampaikan saya rasialis. Dan ketika terungkap bahwa itu keliru, tak ada yang meluruskannya," kata Trump kepada Hannity.
Pemerintahan Trump ditengarai juga kesal dengan pemberitaan bias media dalam momen pilpres 2016. Media dinilai gagal mengantisipasi kemenangannya.
Bannon dalam kesempatan yang sama juga menyerang elite media dengan mengatakan mereka 100 persen keliru. Ia juga menyebut media telah menderita kekalahan memalukan.
"Media mainstream belum memecat atau memberhentikan seorang pun yang terlibat dengan pemilu. Lihatlah bagaimana Twitter 'menghidupi' mereka: mereka merupakan aktivis langsung kampanye Hillary. Itulah kenapa Anda tidak memiliki kekuatan. Anda semua memalukan," pungkas Bannon.