Fakta Mengerikan di Balik Kematian Tragis Bayi Panti Asuhan

Bayi panti asuhan itu disebut meninggal karena demam tinggi, tetapi ditemukan tanda penganiayaan pada tubuhnya.

oleh M Syukur diperbarui 27 Jan 2017, 19:13 WIB
Kondisi panti asuhan tempat tinggal bayi yang meninggal. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - - Seorang bayi 18 bulan berinisial MZ yang tinggal di Panti Asuhan Tunas Baru diduga meninggal secara tak wajar setelah dirawat di RSUD Arifin Achmad. Meski pengakuan pihak panti MZ mengalami demam tinggi, kerabat korban menemukan adanya bekas penganiayaan.

Begitu melihat jasad bayi itu, Dwiyatmoko, paman korban curiga. Pria berusia 36 tahun itu berusaha mencari keterangan kepada pihak rumah sakit dan tidak mendapat jawaban.

"Pihak rumah sakit menyarankan membuat laporan ke polisi," kata Dwiyatmoko.

Mendapat saran seperti itu, Dwiyatmoko langsung membuat laporan. Dia berharap kepolisian mengusut kematian keponakannya yang dianggap tidak wajar. Laporan itu kemudian ditindaklanjuti dengan pengusutan oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru.

Alat bukti tengah dikumpulkan, salah satunya pemeriksaan saksi. "Sejumlah pihak dimintai keterangannya, mulai dari pelapor, hingga pihak panti," kata Kassubag Humas Polresta Pekanbaru Ipda Rachmad Wibowo, Jumat (27/1/2017).

Rachmad menyebut kasus ini bakal naik ke penyidikan jika ditemukan bukti terjadinya tindak pidana. Hanya saja, dia belum memastikan apakah korban mengalami penganiayaan.

"Pengakuan pihak panti, korban meninggal karena mengalami demam tinggi," kata dia.


Serba Kotor

Kondisi panti asuhan tempat tinggal bayi yang meninggal. (Liputan6.com/M Syukur)

Namun, pengakuan itu tak langsung dipercaya. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Riau kemudian mendatangi panti asuhan yang berlokasi di Jalan Lintas Timur Kilometer 13 Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru pada Jumat siang.

Baru tiba di halaman panti, tim LPA menemukan sampah berserakan dan bangunan panti jauh dari kata bersih. Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Riau Nanda Pratama menjelaskan, bangunan panti sangat memprihatinkan.

"Sangat tidak layak," kata Nanda usai melakukan sidak.

Nanda menjelaskan, di samping panti itu, persisnya di pagar yang terbuat besi banyak tergantung pakaian usai dicuci. Di bawahnya terdapat banyak baskom dengan lantai yang sangat kotor.

"Masih jauh dari kebersihan," kata Nanda.

Kondisi tak jauh berbeda juga ditemukan di beberapa kamar tidur di panti. Beberapa kasur yang diduga menjadi alas tidur penghuni panti berserakan tak beraturan, berdampingan dengan pakaian dan sampah. Kasur-kasur itu dialasi papan agar tak langsung menyentuh lantai dan diberi batu bata sebagai penyangga.

"Hanya ada beberapa bantal tanpa kain. Kasurpun terlihat tidak ada sprei," ujar Nanda.

Nanda juga melihat kamar mandi dan toilet yang tak bersih. Di toilet dia menemukan sisa kotoran yang belum disiram. Hal ini menimbulkan bau tak sedap dan dinilai tak baik untuk kesehatan penghuni panti yang masih di bawah umur.

Selanjutnya di dapur, Nanda menemukan tumpukan sampah berupa teh dan kaleng susu dalam sebuah kardus. Ada beberapa kotak teh yang sudah digigit tikus.

"Barang-barang itu diletakkan dalam kardus, menimbulkan bau tak sedap," kata Nanda.


Tak Ada Identitas

Kondisi panti asuhan tempat tinggal bayi yang meninggal. (Liputan6.com/M Syukur)

Berdasarkan keterangan pihak yayasan, lanjut Nanda, ada 17 penghuni panti. Sepuluh di antaranya merupakan perempuan dan sisanya laki-laki.  "Paling besar umur 10 tahun dan paling kecil berusia dua tahun," kata dia.

Nanda menyebut panti itu milik perempuan yang biasa disapa Ibu Lili dan Idang. Hanya saja keberadaan keduanya belum diketahui.

"Yang punya panti ini Ibu Lili dan Idang. Itu keterangan yang kami dapat dari RT setempat," kata Nanda.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Riau Esther Yuliani menambahkan jumlah makanan bekas gigitan tikus dan kedaluwarsa sangat banyak ditemukan di panti asuhan tersebut. Hanya saja, dia tidak menghitung berapa detilnya.

"Kita tidak menghitung jumlahnya, tapi banyak sekali," kata Esther.

Berdasarkan hasil penelusuran LPA Riau kepada masyarakat hingga RT setempat, ada indikasi atau dugaan kalau Sembako hasil sumbangan dari donatur dijual.

"Hanya saja ini belum ditanyakan kepada pihak pengelola. Kita baru dapat info dari dari RT, indikasinya begitu katanya," tambah Nanda.

Nanda juga menyebut, pemilik dan pengelola panti tidak pernah memberikan identitas, mulai dari data pemilik, pengelola hingga anak-anak yang dititipkan di sana.

"Ini pengakuan dari RT setempat yang sudah kita temui," jelas Nanda.

Di samping itu, Nanda bersama Esther berencana mendatangi kerabat bayi berumur 18 bulan yang diduga meninggal secara tidak wajar pada Sabtu, 28 Januari 2017. "Besok rencananya ke rumah keluarga korban. Hari ini kita fokus menelusuri ke panti," kata Nanda.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya