Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengubah bahan bakar kapal nelayan di Karang Asem Bali, dari bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG).
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, nelayan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, Bali telah menerima 625 unit paket alat pengubah konsumsi (konveter kit) BBM ke BBG berupa Liquified Petroleum Gas (LPG), yang merupakan bagian Tahun Anggaran (TA) 2016.
“Kami khususkan bagi nelayan kecil yang memiliki kapal perikanan yang menggunakan mesin motor tempel atau mesin dalam yang beroperasi harian (one day fishing),” kata Jonan, di Jakarta, Sabtu (28/1/2017).
Baca Juga
Advertisement
Jonan mengungkapkan, program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam diversifikasi BBM ke BBG dan untuk meningkatkan ketahananan energi dan perekonomian masyarakat nelayan serta menekan subsidi BBM.
"Sesuai arahan Presiden, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ini uangnya rakyat, jadi dikembalikan ke rakyat seoptimal mungkin," tutur Jonan.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk pelaksanaan program penyediaan dan pendistribusian LPG 3 kg untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil.
Kriteria nelayan yang layak mendapat paket perdana konversi BBM ke BBG, antara lain nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), yang memiliki bahan bakar bensin atau solar dan kapal yang digunakan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).
Sedangkan jenis alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap yang ramah lingkungan, serta belum pernah menerima bantuan sejenis dari Pemerintah Pusat, Daerah atau Badan usaha.
Dengan menggunakan LPG, para nelayan akan menghemat pengeluaran harian sebesar 24,69 persen atau sekitar Rp 11.150 per hari jika harga LPG non subsidi per tabung sebesar Rp 34 ribu, dibanding menggunakan BBM dengan kebutuhan melaut per hari.
Sedangkan jika menggunakan LPG bersubsidi dengan harga Rp 17 ribu, bisa menghemat hingga 62,35 persen atau sekitar Rp 28.150 per hari.
“Ini memberikan dampak positif bagi ekonomi nelayan karena mereka bisa menghemat pengeluaran biaya bahan bakar,” tutup Jonan.