Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) dipicu meningkatnya aktivitas pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS).
Hal ini mengurangi fokus terhadap rencara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya untuk mengurangi pasokan minyak demi mengangkat harga.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (28/1/2017), harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate turun US$ 61 sen atau 1,1 persen menjadi US$ 53,17 per barel. Namun secara mingguan, harga minyak naik sekitar 1,4 persen.
Harga minyak jenis Brent turun US$ 75 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 55,49 per barel. Laporan Baker Hughes menunjukkan jumlah rig pengeboran minyak dan gas di AS bertambah 15 unit pada pekan ini menjadi total 566, terbesar sejak November 2015.
OPEC dan produsen lainnya, termasuk Rusia, sepakat untuk memangkas produksi hampir 1,8 juta barel per hari (bph) untuk semester I 2017 untuk mengurangi pasokan minyak yang terjadi dalam dua tahun terakhir.
Tetapi produksi minyak AS telah meningkat, dengan Badan Energi Internasional memperkirakan pertumbuhan total produksi AS 320 ribu barel per hari pada 2017 menjadi rata-rata 12,8 juta barel per hari
Ada faktor fundamental yang berdampak harga minyak minggu ini, seperti kenaikan ekspor minyak bulanan Iran pada Februari dan peningkatan produksi di Libya. Sebuah kesalahan produksi minyak mentah di Laut Utara Buzzard memberikan dukungan.
Tapi pelaku pasar memperingatkan volatilitas ke depan akibat munculnya para spekulan bereaksi bahkan terhadap perkembangan kecil di pasar fisik.