Liputan6.com, Jakarta - Setelah berhasil mengumpulkan Rp 3,1 miliar untuk membangun masjid di Chiba, kini komunitas muslim Indonesia di Jepang kembali melakukan crowdfunding (urun dana) di Kitabisa.com. Masjid direncanakan akan selesai pada pertengahan April 2017, tetapi dana yang harus dibayarkan masih kurang sekitar 36 Juta yen (Rp 4,2 miliar).
Kampanye yang diinisiasi komunitas muslim setempat ini bisa diakses di laman ini. Hingga hari ini (29/1/2017) pukul 14.08 WIB, telah terkumpul dana Rp 764 juta dari target Rp 5 miliar.
Wilopo, Ketua Umum Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) di Tokyo, Jepang, menuturkan harapannya agar lebih banyak pihak yang turut mendukung pembangungan masjid ini.
"Kami masih membuka diri bagi para penyumbang untuk pembangunan Masjid Indonesia di Tokyo. Kami berharap masjid ini dapat menjadi payung iman yang menyejukkan dan memberikan berkah bagi masyarakat Islam yang hadir ke sana nantinya," ujar Wilopo.
Baca Juga
Advertisement
Alfatih Timur, CEO Kitabisa.com, menuturkan bahwa keberhasilan dalam penggalangan dana publik secara online untuk Masjid Chiba, kemudian direplikasi oleh komunitas muslim Indonesia di Tokyo.
"Success story Masjid Chiba mendorong komunitas muslim Tokyo untuk memulai penggalangan dana melalui Kitabisa.com. Saya kira, tren galang dana publik secara online kian menjadi primadona," tutur Alfatih. "Penggalangan dana gotong royong netizen lintas suku, ras, negara hingga agama seperti ini membuat kami kian termotivasi untuk menciptakan platform lebih baik. Semoga, platform kami bisa kian memberi kebermanfaatan bagi publik."
Alfatih menambahkan, selain Chiba dan Tokyo, kampanye galang dana pembangunan masjid juga terdapat di Auckland, NTT, Papua dan berbagai daerah lain di Indonesia.
Bukan hanya masjid, beberapa kampanye pembangunan rumah ibadah agama lain juga diinisiasi di Kitabisa.com. Misalnya Pembangungan Gereja Samboja Balikpapan yang telah mengumpulkan Rp 79 juta dan pembangunan Budhist Center di Baturaja yang telah mengumpulkan dana Rp 174 juta.
"Hal ini menunjukkan bagaimana setiap orang dengan berbagai latar belakang agama apa pun bisa membuat kampanye galang dana dan berhasil. Dengan teknologi kami berusaha membuat galang dana antarsesama teman, alumni dan komunitas menjadi lebih mudah, viral dan transparan," pungkas Alfatih.
(Why)