Liputan6.com, Jambi Di balik kinclongnya usaha penyadapan karet di Jambi terselip cerita seputar ritual mistis terkait. Sebagian warga menjalani ritual mistis atau lelaku gaib demi menggenjot hasil karet.
Sebut saja namanya Man. Pria 48 tahun asal Dusun Bedaro, Kecamatan Muko-Muko Bathin VII, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi ini mengungkapkan sejumlah penyadap karet menjalani ritual mistis demi mendapat hasil panen yang melimpah.
"Dulu waktu harga karet mahal banyak yang pakai itu (pesugihan). Saat ini juga masih ada, apalagi harga karet mulai membaik," ujar Man saat dihubungi melalui telepon genggam di Muarabungo, ibukota Kabupaten Bungo, Kamis malam, 26 Januari 2017.
Pria yang memiliki 10 hektare lebih kebun karet ini awalnya tidak percaya adanya praktik lelaku gaib agar hasil sadapan karet melimpah. Namun hal itu berubah setelah sebagian kebun karetnya disewakan.
Baca Juga
Advertisement
"Saat itu hampir separuh kebun milik keluarga saya disewakan. Ada yang setahun ada yang lebih. Harganya macam-macam tergantung kesepakatan, waktu itu saya lepas Rp 15 juta," tutur Man.
Saat itulah, Man mulai percaya ada yang aneh dari hasil kebun karetnya usai disadap para penyewa kebun miliknya. Sebab, hasil sadapan karet setelah disewa berubah lebih banyak dari sebelumnya.
Man mengaku dalam seminggu biasanya hanya mendapat rata-rata 100 kilogram per hektare.
"Namun setelah disewa hasilnya berubah total. Satu hektare saja bisa mencapai 150 kilo. Ini aneh, saya dulu jadi penasaran," ujarnya.
Penasaran Man dan keluarganya semakin memuncak kala kebun habis masa sewanya. Pohon karet seperti sudah habis, getah karet tiba-tiba hilang tak bersisa.
"Berbulan-bulan kami menunggu kebun karet kami keluar lagi getahnya," kata Man.
Karena penasaran, Man mencoba mencari informasi kepada sejumlah penyewa kebun karet yang sebagian besar berasal dari daerah di Pulau Jawa. Saat itulah Man tahu, ada syarat yang harus dijalani untuk menghasilkan getah melimpah.
Man makin tergiur mengikuti jejak lelaku gaib para penyewa kebun miliknya itu. Menurut Man, banyak tempat khususnya di daerah Jawa yang menawarkan bantuan agar panen karetnya melimpah.
"(Ritual mistis) Mulai dari ke dukun di Jawa Timur, Banten sampai ke Pantai Selatan saya pernah datangi demi ngalap (mencari) berkah," ucap Man.
Ritual Butuh Tumbal
Pria anak dua ini mengatakan, dalam lelaku gaib tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Termasuk di dalamnya adalah tumbal. Tumbal tersebut bahkan menentukan atas hasil getah yang diinginkan. Semakin besar keinginan, maka semakin besar pula tumbal yang harus dipenuhi.
"Macam-macam ada pantangan juga. Kalau mau hasil banyak, tumbalnya sampai nyawa," sebutnya.
Man enggan menyebut lelaku gaib apa saja yang ia jalani. Ia bahkan mengaku sudah meninggalkan segala jalan lelaku gaib tersebut.
"Saya sudah taubat, apalagi harga getah sekarang tidak seperti dulu lagi," ucapnya mengakhiri.
Ngadimin (50), salah seorang petani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) juga mengakui adanya lelaku gaib pesugihan yang dijalani oleh beberapa orang petani getah.
"Ada saya pernah dengar. Dari hasil juga bisa dilihat, misal sama-sama punya satu hektare karet, kok hasilnya jauh banget bedanya. Bisa jadi ada apa-apanya," tutur petani karet asal Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah ini.
Karet yang Menggiurkan
Menyadap getah atau karet adalah mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga Jambi. Hampir di setiap daerah di Jambi terbentang lebatnya pohon karet mulai dari milik perusahaan hingga petani biasa.
Jauh sebelum saat ini, karet sudah menjadi komoditi utama yang diproduksi warga Jambi. Seiring program transmigrasi era Presiden Soeharto antara tahun 1970 hingga 1980an menjadikan lahan perkebunan karet di Jambi semakin luas.
Berdasarkan data di Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, luas perkebunan karet di Jambi saat ini tercatat mencapai 588.043 hektare, dengan hasil 312.925 ton pertahun. Ini menjadikan karet sebagai komoditi non migas terbesar di Jambi.
Awal tahun 2000an hingga 2010 merupakan masa keemasan getah karet di Jambi. Kala itu, harga karet per kilogram menembus angka Rp 25 ribu bahkan lebih. Saat itulah muncul para tauke (juragan) karet dadakan.
Bagi warga asli yang memiliki kebun yang banyak, tingginya harga karet adalah anugerah. Sementara bagi para pendatang, mereka mencari kebun-kebun karet yang bisa ditebas (disewa) dengan jangka waktu tertentu.
Advertisement