Liputan6.com, Palembang Kain songket menjadi salah satu bahan busana tradisional khas Palembang. Tidak hanya dijadikan pakaian saja, tapi kain khas Palembang kini sudah merambah ke fashion sepatu songket.
Di tangan Nadina Salin (36) inilah, kain songket bisa dimodifikasi menjadi sepatu songket yang feminin. Kecintaannya terhadap kain songket inilah yang membuat Nadina ingin mengenalkan budaya khas Palembang ke masyarakat luas.
“Biasanya kain songket hanya digunakan untuk pakaian saja, jadi saya ingin membuat tren sepatu songket,” katanya kepada Liputan6.com, Minggu (29/1/2017).
Baca Juga
Advertisement
Bisnis fashion sepatu yang digelutinya sejak tahun 2014 ini cukup cemerlang. Selain sedikitnya minat pebisnis fashion melirik usaha sepatu songket, peminatnya juga cukup banyak. Bahkan para pelanggannya berasal dari luar Sumatera.
Bahan kain songket yang digunakannya, dibeli dari pengrajin kain songket di kawasan 14 Ulu Palembang setiap sebulan sekali. Jika pemesannya meningkat, Nadina bisa memproduksi sepatu selama 2 minggu sekali.
Beberapa jenis sepatu yang diproduksinya adalah sepatu flat wanita, sandal high hells, sepatu wedges dan sejenisnya. Harga yang dipatok juga beragam, mulai dari Rp 450.000 hingga Rp 550.000. Nadine membidik pasar media sosial (medsos) untuk memudahkan penjualan ke pelanggan dari luar kota.
Selain itu, sepatu dengan merk SCHU by Nadina Salim ini dipajang di butiknya yang sekaligus kediamannya di kawasan Kenten Permai, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
“Produksinya di Bandung, karena sudah banyak pengrajin sepatu dan bahan yang digunakan juga lebih lengkap,” kata alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Seni Rupa ini.
Sepatu Nusantara
Bisnis sepatu kain khas Palembang juga digeluti oleh Meiry Sabrinawati (40) dengan merk D.A.T. Usaha fashion sepatu yang dilakoninya sejak bulan Mei tahun 2016 ini ternyata mendapat respon luar biasa dari pelanggannya. Bahkan, Meiry juga memproduksi sepatu berbahan kain khas daerah di hampir seluruh nusantara.
Beberapa jenis kain daerah yang sudah disulapnya menjadi sepatu yaitu Kain Tenun Ikat Jawa, Kain Sutera Makassar, Kain Jumputan Palembang, Kain Tanjak Jambi, Kain Suku Asmat Kalimantan, Kain Batik Jawa dan masih banyak lainnya.
“Setiap bulan saya gilir bahan kainnya di tiap daerah dan inilah yang menjadi daya tarik dari produk sepatu saya,” ungkapnya.
Karena permintaan yang membludak, Meiry bisa memproduksi sepatu kain nusantara ini hingga ratusan pasang. Tidak hanya bermain di pasar media sosial (medsos), Meiry juga menggandeng kerjasama reseller sehingga memudahkan pemasaran produknya.
Selain itu, sepatu D.A.T ini juga sering diikut sertakan dalam berbagai pameran baik di mal maupun yang digelar instansi pemerintahan. Untuk produksi sendiri, Meiry mempekerjakan pengrajin di Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Untuk jenis produknya sendiri sangat beragam, mulai dari flat shoes, sepatu wedges, flatform shoes hingga tas wanita. Harga yang ditawarkan sangat menggiurkan, mulai dari Rp 180.000 hingga Rp 450.000. Tak hanya warga Palembang, peminat sepatu D.A.T ini juga banyak berasal dari luar pulau Sumatera.
Dalam sehari, satu orang resellernya mampu menjual produknya hingga 10 pasang. Jumlah tersebut diluar banyaknya penjualan di beberapa stan yang ia buka. Omsetnya pun mampu mencapai puluhan juta rupiah dalam satu bulan.
“Penjualan sangat terbantu dengan adanya reseller, bahkan banyak para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerjasama dengan usaha saya,” beber Meiry.
Advertisement