Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) meminta pemerintah untuk memasukkan industrinya ke dalam daftar industri yang mendapatkan penurunan harga gas. Hal ini agar industri tersebut mampu bersaing dan meningkatkan ekspor produknya ke negara lain.
Ketua Umum APKI Aryan Warga Dalam mengatakan, saat ini harga gas untuk industri pulp dan kertas dipatok sebesar US$ 9-US$ 11 per MMBTU. Kisaran harga ini dinilai masih memberatkan dan membuat industri sulit bersaing dengan produk serupa dari negara lain.
Advertisement
"Terkait harga gas, saat ini sekitar US$ 9-US$ 11. Ini masih cukup berat. Di mana kebijakan pemerintah baru mengalokasikan untuk 7 industri dan saat ini baru 3 industri yang mendapatkan (penurunan hara gas)," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (30/1/2017).
Sementara itu, Direktur Eksekutif APKI Liana Brastasida mengungkapkan, harga gas industri di Indonesia termasuk yang paling mahal diantara dengan negara-negara ASEAN lain. Harga gas di negara kawasan Asia Tenggara lainnya sudah dipatok di bawah US$ 6 per MMBtu.
"Di negara ASEAN ini jauh lebih murah, di bawah US$ 6," kata dia.
Menurut Liana, saat ini Indonesia merupakan produsen kertas nomor 1 di ASEAN dan nomor 3 di Asia. Namun jika harga gas ini tidak segera diturunkan, maka dia khawatir posisi Indonesia tersebut disalip oleh negara lain.
"Padahal di ASEAN kita ini penghasil kertas nomor 1, dan di Asia nomor 3. Kalau tidak diturunkan, kita tidak akan bisa mempertahankan posisi itu. Kalau harga gas turun, kita bisa lebih bersih dan kompetitif," tandas dia.