Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola dan politik merupakan dua bidang yang amat berbeda. Namun, tidak jarang keduanya bersatu dalam momen-momen tertentu.
Para pesepakbola mendapatkan popularitas mereka di lapangan hijau untuk kemudian merambah ke bidang lain. Sementara para politisi kerap memanfaatkan sepak bola untuk meningkatkan citra mereka, dengan menyaksikan langsung di tribun stadion.
Baca Juga
Advertisement
Tidak sedikit para pesepakbola dunia yang tertarik dengan dunia politik. Namun, banyak pula politisi yang menyukai olahraga yang melibatkan 11 orang dalam satu tim di lapangan ini.
Yang unik, para pesepakbola yang tertarik pada dunia politik bisa berganti profesi menjadi politisi selepas pensiun sebagai pemain. Tapi, para politisi tidak dapat mengubah profesi mereka menjadi pesepakbola profesional usai tidak lagi aktif di dunia
politik.
Berikut 4 pesepakbola dunia yang alih profesi menjadi politisi:
Marc Wilmots
4. Marc Wilmots
Di sepak bola Belgia Marc Wilmots sosok yang amat disegani. Dia dinilai sebagai salah satu legenda sepak bola Belgia dengan sejumlah pencapaiannya, termasuk menjadi pelatih Timnas Belgia pada Euro 2016.
Sebagai pemain, Wilmots tampil 70 kali dan mencetak 28 gol untuk Timnas Belgia. Nama besar dalam sepak bola turut membantunya terjun ke dunia politik.
Selepas pensiun, ia menjadi anggota senat di Belgia pada 2003. Namun, dunia politik ternyata tidak membuat Wilmots nyaman, sebab dua tahun berselang dia memilih mundur dari senat.
Pria yang kini menginjak usia 47 tahun itu kembali ke lapangan hijau. Pada 2009 ia sempat menjadi asisten pelatih Timnas Belgia, sebelum dipromosikan sebagai pelatih kepala pada 2012.
Advertisement
George Weah
3. George Weah
George Weah begitu mendunia pada era 90-an setelah ia tampil gemilang bersama AC Milan. Penyerang asal Liberia ini bahkan dinobatkan sebagai peraih Ballon d'Or pada 1995.
Setelah AC Milan, sejumlah klub pernah dibela Weah. Karier cemerlangnya di lapangan hijau membuat namanya amat dikenal di negaranya.
Setelah gantung sepatu, Weah tak tertarik menjadi pelatih, ia memilih terjun ke dunia politik di Liberia. Ia sangat aktif dalam kancah perpolitikan, hingga mencalonkan diri menjadi Presiden Liberia pada 2005.
Namun, Weah harus kalah di putaran kedua saat bersaing dengan Ellen Johnson. Kemudian pada 2011 Weah kembali maju, tapi lagi-lagi ia gagal menjadi Presiden Liberia. Kini, Weah bergabung bersama Kongres Demokrasi untuk Perubahan dan menjabat sebagai senator mewakili Montserrado County.
Kakha Kaladze
2. Kakha Kaladze
Membangun negaranya, Georgia, menjadi salah satu tekad Kakha Kaladze ketika memilih berkarier di politik setelah pensiun dari sepak bola. Selain pemain yang berpengaruh di Timnas Georgia, di level klub karier Kaladze juga mengilap.
AC Milan menjadi klub yang paling lama diperkuat Kaladze. Sebelum gabung AC Milan, Kaladze bersinar bersama klub Ukraina, Dynamo Kiev hingga 2001.
Bersama AC Milan, ia memenangkan Liga Champions Eropa dua kali, Piala Super UEFA sekali dan Piala Dunia Antarklub sekali. Dari 84 penampilan bersama Timnas Georgia, 50 di antaranya Kaladze menjadi kapten.
Kaladze mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional Georgia pada tanggal 11 Desember 2011. Kaladze terlibat dalam politik Georgia sebagai anggota oposisi dari partai Impian Georgia–Demokratik Georgia, sebuah partai yang didirikan oleh Bidzina Ivanishvili pada Februari 2012. Dia terpilih menjadi anggota Parlemen Georgia pada 1 Oktober 2012, dan disetujui sebagai Menteri Energi dalam kabinet Bidzina Ivanishvili
pada tanggal 25 Oktober 2012.
Advertisement
Andriy Shevchenko
1. Andriy Shevchenko
Sebagai striker, Andriy Shevchenko terkenal tajam. Puncak kariernya adalah ketika membela AC Milan, setelah meraih berbagai gelar bersama klub berjulukan Rossoneri tersebut.
Shevchenko pernah dinobatkan sebagai pemenang Ballon d'Or pada 2004. Pada tahun itu, pria yang akrab disapa Sheva ini menunjukkan keterlibatannya dalam dunia politik di negaranya, Ukraina.
Kala itu, Shevchenko terang-terangan mendukung Partai Demokrat dalam Pemilu Ukraina 2004. Setelah gantung sepatu pada 2012, pria yang kini menginjak usia 40 tahun itu semakin serius di dunia politik.
Shevchenko segera bergabung dengan Partai Sosial Demokrat Ukraina dan menempati posisi kedua dalam daftar partai untuk pemilu parlemen Ukraina pada Oktober 2012. Namun, karier politiknya tak secemerlang aksinya di lapangan hijau.