Liputan6.com, Jakarta - Industri pulp dan kertas nasional merupakan salah industri yang secara konsisten menembus pasar dunia. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-9 sebagai produsen pulp terbesar di dunia, sedangkan industri kertasnya menduduki peringkat ke-6.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, di balik usaha untuk terus menumbuhkan industri ini, ada sejumlah tantangan baik dari dalam maupun luar negeri yang harus diatasi oleh pemerintah dan pelaku usaha.
"Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas nasional ke depan cukup besar baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri," ujar dia di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Dari dalam negeri misalnya, industri ini selalu diganggu dengan isu lingkungan. Salah satu isu yang selalu digaungkan yaitu soal kebakaran hutan. "Isu lingkungan seperti kebakaran hutan, penanganan limbah, lain-lain perlu terus diwaspadai," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Namun terkait dengan isu tersebut, perusahaan pulp dan kertas di dalam negeri telah memiliki cara tersendiri untuk menanganinya. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Direktur Sinar Mas Forestry Riau Edie Haris mengatakan, untuk mengatasi isu lingkungan semacam ini, pihaknya telah memiliki program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Dalam program tersebut APP melibatkan masyarakat sekitar pabrik kertas dalam melakukan konservasi kawasan hutan.
Hingga tahun lalu, telah ada 35 desa yang masuk dalam program DMPA. Sedangkan hingga 2020 nanti APP menargetkan sebanyak 500 desa bisa ikut serta dalam program tersebut.
Dalam program ini, lanjut Edie, tiap desa mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 180 juta hingga Rp 250 juta. "Pada masing-masing desa kami berdayakan minimal 5 orang untuk jadi bagian dalam usaha pencegahan di sekitar desa mereka," kata dia.
Sementara itu, General Manager Fire Management Sinas Mas Forestry Sujica W Lusaka menyatakan, dalam menghadapi isu kebakaran hutan, pihaknta telah memiliki sistem manajemen penanggulangan kebakaran hutan yang terintegrasi atau intergrated fire management (IFM). Sistem ini meliputi persiapan, deteksi dini, respons cepat dan pencegahan kebakaran hutan.
Sujica menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki regu pemadam kebakaran (RPK) sebanyak 2.700 orang yang terlatih dan bersetifikat. RPK ini tersebar di 266 pos pantau yang dilengkapi dengan 160 unit mobil pemadam kebakaran, 500 unit kendaraan patroli dan 1.150 pompa air.
"Hal ini menunjukan betapa seriusnya kami dalam menanggulangi kebakaran hutan," tandas dia. (Dny/Gdn)