Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 431 taruna tingkat dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta mengikuti psikotes di kampus STIP Jakarta, Senin (30/1). Kegiatan ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan STIP untuk menindaklanjuti arahan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, terkait pemulihan kondisi STIP.
Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan (BPSDMP), Wahju Satrio Utomo yang akrab dipanggil Tommy, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan mengetahui kondisi psikologis para taruna, sehingga jika ditemukan ada potensi melakukan kekerasan dapat dilakukan langkah-langkah preventif.
“Menteri Perhubungan, Bapak Budi Karya Sumadi, memerintahkan agar dilakukan langkah-langkah untuk memulihkan kondisi STIP agar kembali kondusif, dan ini adalah salah satu yang kita lakukan selain pembenahan di bidang-bidang lain,” ungkapnya.
Tommy juga mengungkapkan bahwa jika nanti ditemukan ada taruna yang berpotensi untuk melakukan tindak kekerasan, maka hasil psikotes ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan khusus, sehingga para dosen dan pengasuh dapat memonitor dan melaporkan perkembangan taruna tersebut. “Semua taruna wajib ikut, yang ditemukan ada kecenderungan melakukan tindak kekerasan akan kita bina, sehingga dia bisa mengikuti proses pendidikan yang kondusif sampai dia lulus,” tambah Tommy.
Pelaksana Tugas Ketua STIP Jakarta, Capt. Marihot Simanjuntak, M.M, mengungkapkan bahwa pelaksanaan psikotes ini sebagai dasar untuk penentuan pola pembinaan taruna STIP ke depan.
“Psikotes ini fokus pada aspek stabilitas emosi, dimana hasil evaluasi akan digunakan untuk pengembangan pembinaan taruna STIP selanjutnya,” ungkapnya.
Marihot juga menambahkan bahwa kegiatan serupa akan terus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga hal-hal yang dapat mengganggu proses pendidikan di STIP dapat diantisipasi.
Advertisement
“Untuk saat ini baru taruna tingkat dua sebanyak 431 orang yang diuji oleh 37 Psikolog dari Kemenhub dan UI, tapi nanti kita lanjutkan untuk taruna lain,” tambahnya.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan melalui BPSDMP juga telah melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan kekerasan di Kampus STIP, diantaranya menghentikan kegiatan ekstrakurikuler Drumband dan Pedang Pora yang dianggap memicu bibit kekerasan.
“Kita juga menghilangkan sapaan Senior-Junior di kampus dan diubah menjadi kakak kelas dan adik kelas, serta desain dan warna kampus juga kita ubah sehingga bisa menghidupkan suasana yang humanis di kampus,” ungkap Tommy.
Upaya lain yang dilakukan adalah stip akan merenovasi asrama taruna menjadi satu pintu, sehingga memudahkan pengawasan akses keluar masuk asrama.
“Dan kita juga menambah tenaga pengasuh yang dibantu oleh marinir yang akan memonitor asrama pada malam hari,” ungkap Tommy.
Selain itu, taruna juga diberikan kegiatan yang dapat memupuk budaya melayani dan mudah berbaur dengan masyarakat.
“Menhub memerintahkan kepada Kami untuk menciptakan suasana humanis dan taruna yang peduli terhadap masyarakat, maka taruna sering kami libatkan untuk kegiatan yang berbaur dengan masyarakat, seperti bakti sosial, taruna melatih anak SD upacara, atau kegiatan lain, sehingga kita berharap dapat memupuk jiwa melayani, kekeluargaan dan kasih sayang pada diri taruna,” tambah Tommy.
Hal tersebut juga merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Perhubungan agar taruna selain belajar sesuai dengan ilmunya, juga bisa bersosialisasi dan bermasyarakat untuk bekal kehidupan setelah keluar kampus.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, beberapa waktu lalu menegaskan, bahwa perlunya antisipasi kekerasan di kampus dan menanamkan budaya kebersamaan serta kekeluargaan di sekolah yang ada di lingkungan Kemenhub.
“Saya disini menyatakan semua taruna untuk tinggalkan cara-cara lama yang tidak heroik. Tinggalkan cara-cara senior itu lebih hebat lalu melakukan tindakan kekerasan kepada juniornya. Masa depan itu adalah keberadaban yang penuh kekeluargaan, kebersamaan dan kasih sayang,” tegasnya di depan para taruna beberapa waktu silam.
Powered By:
BPSDM Kementerian Perhubungan