Liputan6.com, Yangon - Ribuan orang menghadiri pemakaman seorang politikus yang juga pengacara terkemuka Myanmar, yang ditembak mati di ibu kota Yangon pada Minggu 29 Januari 2017 waktu setempat.
Ko Ni, yang merupakan penasihat Aung San Suu Kyi untuk Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD), ditembak di bagian kepala di Bandara Internasional Yangon usai berkunjung ke Indonesia.
Advertisement
NLD menggambarkan kepergian Ko Ni tak tergantikan, ia merupakan sosok Muslim terkemuka langka di negara yang mayoritas menganut Buddha.
Sejauh ini belum dapat dipastikan apakah agama merupakan faktor yang menyebabkan kematian Ko ni. Pengacara konstitusi yang begitu dihormati itu kerap membela hak-hak umat Islam dan juga mengkritik cengkeraman militer atas kekuasaannya.
Pembunuhan politik sangat jarang terjadi di negara Myanmar yang juga disebut Burma. Seorang sopir taksi yang mencoba untuk menghentikan pria bersenjata usai menembak Ko Ni juga kehilangan nyawanya.
Suu Kyi sejauh ini belum muncul untuk mengomentari kematian Ko Ni. Namun dalam sebuah pernyataan, NLD mengatakan: "Kami sangat mengecam pembunuhan Ko Ni, karena ini adalah tindakan teroris terhadap kebijakan NLD."
Pemimpin Senior NLD, Tin Oo menggambarkan kematian Ko Ni adalah kehilangan besar bagi negara, termasuk untuk kubu demokratis dan partai.
Kini penyelidikan menyeluruh atas kematian seorang pria yang digambarkan sebagai "juru kampanye hak asasi manusia tak kenal lelah" tengah dilakukan.
Kerumunan besar pelayat, termasuk anggota parlemen, aktivis, dan para biksu Buddha mendatangi pemakaman yang dilangsungkan sesuai ajaran Islam.
"... Tentu saja kita semua terkejut dan benar-benar sedih," kata Duta Besar AS untuk Myanmar, Scot Marciel." Aku tahu Ko Ni dan komitmennya bagi negara dan demokrasi."
Menurut The Irrawaddy, Ko Ni ditembak dari jarak dekat di luar terminal ketika memegang sang cucu. Tersangka kemudian melarikan diri namun beberapa sopir taksi mengejarnya. Tersangka menembak salah satu sopir, U Nay Win, sebelum akhirnya ditahan oleh polisi.
Tersangka diidentifikasi polisi sebagai Kyi Lin. Kendati demikian belum ada informasi terkait motif pembunuhan yang dilakukan pria 53 tahun itu.
Saat penembakan, Ko Ni baru kembali dari pertemuan di Indonesia untuk membahas ketegangan sektarian di negara bagian Rakhine.
Orang-orang Berduka
Tepat 24 jam setelah Ko Ni ditembak, pemakaman dilangsungkan di pinggiran Yangon. Kerumunan besar orang yang begitu emosional, terutama umat Islam.
Mereka yang beragama Kristen dan Buddha pun ikut menyertai di pemakaman di Ye Way.
Di antara mereka ada bocah berusia tiga tahun bernama Erfan. Ia berada di pelukan kakeknya di Bandara Yangon, ketika si pembunuh berjalan di belakang mereka dan menembak Ko Ni di kepala.
Erfan tampaknya baik-baik saja, sementara sang ibu terisak sedih dengan kematian Ko Ni.
Sejauh ini publik mengira Ko Ni tewas terkait isu sensitif di negaranya. Namun beberapa orang yang bersedia berbicara di pemakamannya mengatakan ia dibunuh terkait pekerjaannya di ranah konstitusional.
Ko Ni dilaporkan menemukan celah dalam konstitusi militer. Ia juga menciptakan peran konselor negara, yang posisinya dijabat Suu Kyi saat ini.
Hingga kini belum ada kabar dari polisi tentang dugaan motif pembunuhan. Pihak berwenang di Mandalay mengatakan bahwa tersangka Kyi Lin menghabiskan lebih dari satu dekade di penjara, karena secara ilegal menjual kepala dan barang antik Buddha, sebelum dibebaskan dengan amnesti presiden pada 2014.