Sisi Kelam Gemerlap Korea: Pelacur Lansia Berkeliaran di Jalan

Karena biaya hidup yang tinggi, wanita-wanita tua di Korea Selatan terpaksa menjadi pelacur di jalanan.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 31 Jan 2017, 12:40 WIB
Karena biaya hidup yang tinggi, wanita-wanita tua di Korea Selatan terpaksa menjadi pelacur di jalanan.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Selatan merupakan negara dengan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang cukup banyak. Sayangnya, karena biaya hidup yang tinggi kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan. Bahkan, hampir setengah dari penduduk berusia 65 tahun ke atas harus menghasilkan 200.000 won atau sekitar dua juta rupiah per bulan yang kurang dari setengah pendapatan rata-rata nasional.

Ini adalah alasan utama dalam beberapa tahun terakhir jumlah 'Bacchus wanita' meningkat di Seoul. Istilah itu sendiri merujuk pada pelacur an yang dilakukan oleh para wanita lansia.

Seperti yang pernah diungkap oleh Channel News Asia dalam sebuah film dokumenter mereka. Dalam film tersebut, mereka mewawancarai Madam Park (78), salah satu pelacur lansia yang berkeliaran di jalanan pusat distrik Jongo, Seoul.

Madam menikahi saat berusia 19 tahun, tapi suaminya adalah seorang pecandu judi dan mereka terpaksa kehilangan rumah karena kebiasaan buruk tersebut. Suaminya meninggalkan Park begitu saja dalam keadaan miskin dan empat anak.

Gaji sebagai pembantu, sudah tentu tidak cukup untuk membuat anak-anaknya bersekolah. Anak-anaknya terpaksa bekerja sementara mereka tinggal di rumah kerabat yang amat kecil.

-

 

Pada saat usianya 70 tahun, ia didiagnosis dengan arthritis parah dan harus membayar biaya pengobatan tiap bulannya. Putus asa, ia memutuskan menjadi Bacchus. Meski tidak bisa berjalan karena nyeri di kaki, ia harus berdiri di jalanan selama minimal 6 jam setiap hari untuk menunggu pelanggan.

"Bahkan jika saya akan mati, saya perlu obat. Ini sangat menyakitkan," kata Park seperti dikutip dari Worldofbuzz, Selasa (31/01/2017).


Tidak Punya Pilihan

Meski pernah ditangkap dan didenda beberapa kali untuk prostitusi, Park tidak punya pilihan lain kecuali tetap menjadi Bacchus. Dalam satu hari jika ia beruntung, ia dapat menggaet 3-4 pria dan menerima sekitar 100.000 won.

"Ini memalukan. Aku malu karena aku sudah tua. Tapi aku tak punya pilihan," tutur Park dengan tatapan menerawang.

Menurut wanita itu, pekerja seks tertua di jalanan adalah seorang wanita berusia 82 tahun dan dirinya adalah yang tertua kedua. Selain itu, ada yang berusia 60 tahun dan lain-lain.

"Tidak ada satu pun yang di bawah 50. Mereka semuanya sudah memiliki cucu."

Profesor Lee Ho-Sun dari Korea Soongsil Cyber University di Seoul mengatakan bahwa fenomena ini merupakan salah satu bukti kegagalan pemerintah. Di masa lalu, penghasilan satu orang cukup untuk hidup namun tidak sekarang.

"Anak-anak tidak berada dalam posisi untuk mengurus orang tua mereka. Masalah orang tua ini sangat memalukan," kata pria itu.

Ya, menyedihkan sekaligus memalukan membayangkan bagaimana orang tua seperti mereka harus pergi ke jalanan dan menjual diri untuk dapat hidup. Terutama ketika Korea Selatan identik dengan semua kemewahan dan hidup mewah dari ketenaran K-Pop.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya