Liputan6.com, Jakarta - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR, Jazuli Juwaini menyatakan, hoax atau berita bohong semakin marak di tengah masyarakat. Bahkan, menurut dia, penyebaran berita hoax itu sudah menjurus fitnah keji terhadap tokoh-tokoh di Tanah Air.
"Ada juga berita tentang peristiwa yang ternyata tidak sesuai kenyataan, atau informasi yang sengaja dibuat bohong untuk tujuan tertentu," kata Jazuli di Gedung SPR, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Advertisement
Jazuli mengaku sangat prihatin dengan maraknya berita hoax ini dan meminta pemerintah mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya.
"Ini harus dihentikan. Penyebaran berita hoax benar-benar mengganggu kehidupan berbangsa dan mengarah pada disharmoni sosial," ujar dia.
Pemerintah, lanjut Anggota Komisi I DPR ini, harus menunjukkan upaya konkret untuk mengatasi maraknya berita hoax. Dia mengapresiasi upaya pemerintah dan aparat dalam menegakkan UU ITE maupun UU KUHP, meski harus diakui hal itu dinilai belum maksimal.
"Pemerintah dan aparat harus lebih konkret dalam mendeteksi dan menertibkan sumber-sumber hoax agar tidak berkembang luas," tegas dia.
Caranya, lanjut Jazuli, pemerintah dapat bekerjasama dengan perusahaan media massa maupun media sosial, aktif mengawasi konten media, sambari mengedukasi masyarakat secara masif agar cerdas literasi dalam mengakses, mencerna dan membagi berita atau informasi.
Selain itu memenurut dia, penting bagi pemerintah dan aparat untuk memperkuat dirinya sebagai sumber informasi yang kredibel.
"Saya berharap pemerintah dan aparat tampil dengan kredibilitas informasi yang kuat sehingga masyarakat juga tidak bias dalam memahami informasi, yang akhirnya malah menghasilkan berita-berita hoax akibat sumber informasi yang simpang siur dan tidak kredibel," kata Jazuli.
Jazuli menambahkan gerakan anti-hoax yang lahir dari masyarakat sebenarnya langkah yang cerdas. Untuk itu, ia berharap pemerintah juga mendukung bahkan memperluas aksi tersebut.
Jazuli menegaskan Fraksi PKS di DPR mendukung penuh gerakan ini dengan catatan benar-benar mengedepankan objektivitas dan tidak malah menjadi alat serang bagi pihak-pihak tertentu.
"Harus ada pihak-pihak yang berdiri di tengah (objektif) dan tidak larut dalam selisih paham apalagi menjurus pada penyebaran berita hoax. Saya kira di sana peran gerakan anti-hoax yang hadir melakukan klarifikasi informasi sekaligus edukasi kepada publik," tandas Jazuli.