Makhluk Ini Adalah Leluhur Manusia?

Saccorhytus tidak memiliki dubur, tapi ada 8 struktur seperti corong di sekujur tubuhnya dan tampak seperti insang purba.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 31 Jan 2017, 20:40 WIB
Ilustrasi rekaan Saccorhytus. (Sumber (Northwest University, Jian Han)

Liputan6.com, Xi'an - Fosil-fosil mikro yang ditemukan di China mengungkapkan makhluk itu mungkin saja merupakan leluhur pohon kehidupan. Demikian menurut para peneliti.

Tapi bentuknya sangat tidak mirip, karena bentuk makhluk dari 540 juta tahun lalu itu lebih mirip seperti makhluk laut berbentuk tas kecil. Nama ilmiah yang diberikan pun berkaitan dengan bentuk tubuh dan penampilannya yang berkeriput.

Makhluk sepanjang 1 milimeter itu menggeliat di antara lumpur dan hidup di antara timbunan pasir di dasar laut, demikian menurut laporan terbitan Senin lalu dalam jurnal Nature yang dikutip di CNN pada Selasa (31/1/2017).

Fosil itu lazimnya ditemukan di tanah kering sekitar setengah miliar tahun lalu, tapi lokasi makhluk itu kemungkinan ada di lautan dangkal.

Secara biologis, Saccorhytus termasuk dalam kategori luas mahluk yang dikenal dengan deuterostom. Sekitar setengah miliar tahun lalu, mereka berkembang cepat menjadi beberapa cabang, termasuk vertebrata sebagaimana halnya manusia. Demikian juga perkembangannya menjadi bintang laut, bulu babi, dan cacing laut.

Deuterostom adalah leluhur bersama bagi banyak spesies, sehingga menciptakan jalan evolusi yang mengarah menjadi manusia jutaan tahun kemudian. Demikian menurut penelitian tersebut.

Dengan keragaman yang berasal dari satu cabang evolusi, pada awalnya para peneliti sukar membayangkan makhluk asalnya. Saccorhytus memberikan jawaban untuk pertanyaan itu, walau tidak ditemukan dengan mudah.

Untuk mencari jawabnya, para peneliti dari University of Cambridge di Inggris dan Northwest University di China membongkar tiga ton batu gamping dan hanya menemukan bercak hitam pada bebatuan. Di bawah mikroskop, barulah kelihatan gambar terinci mahluk itu.

Tubuhnya berbentuk lonjong dengan simetri secara bilateral dan ada bukti deretan otot dengan kulit yang tipis namun luwes. Tapi yang paling menarik perhatian adalah mulutnya yang sangat besar dan bisa bertambah besar sehingga mampu menelan partikel makanan dan mangsa yang lebih besar.

Saccorhytus tidak memiliki dubur, tapi ada 8 struktur seperti corong di sekujur tubuhnya dan tampak seperti insang purba yang mampu membuang kelebihan air. Tapi menurut para ilmuwan, benda-benda lain dikeluarkan lewat mulut yang besar tersebut.

Bagi para ilmuwan, temuan seperti Saccorhytus kembali mengingatkan tentang ketidakcocokan antara bukti fosil dengan gagasan tentang jam molekuler.

Simon Conway Morris dari St. John’s College di University of Cambridge, menjelaskan, "Jam molekuler menengarai bahwa asal usul kelompok utama hewan sangat mendahului waktu yang ditunjukkan oleh catatan tentang fosil."

"Salah satu kemungkinan adalah bahwa hewan-hewan paling awal itu sangat kecil, sehingga, dalam keadaan normal untuk menjadi fosil, mereka kemungkinan tidak sanggup menyintas. Dengan demikian, Saccorhytus mungkin bisa memberikan sedikit cerita tentang riwayat yang panjang dan rahasia," imbuhnya.


Rekonstruksi 'Pohon Kehidupan'

Tom Harvey, dosen ilmu bumi di University of Leicester, mengatakan bahwa fosil-fosil kecil seperti Saccorhytus "memberikan sedikit petunjuk tentang dunia mikroskopos yang jarang kita lihat."

Temuannya adalah fosil loriciferan yang lengkap dan juga diterbitkan pada Senin lalu dalam jurnal Nature Ecology and Evolution, tapi ia tidak ikut serta dalam penelitian Saccorhytus.

Temuan loriciferan itu sendiri sungguh mengejutkan, karena ia sebenarnya sedang meneliti krustasea yang memfosil. Walaupun fosil lain yang serupa pernah ditemukan, tapi biasanya tidak lengkap dengan kepala atau ciri lain yang secara langsung menghubungkan identitasnya.

Loriciferan juga berukuran sekitar 1 milimeter dan hidup di antara pasir di dasar laut, tapi lebih berkerabat dengan antropoda semisal serangga dan udang, bukannya dengan Sacchorhytus. Loriciferan juga masih ada hingga sekarang, sedangkan Saccorhytus tidak memiliki kerabat yang masih ada.

Loriciferan terfosilkan (Sumber University of Leicester/Dr. Tom Harvey)

Dua mahluk itu sama-sama menjadi bagian dari 'ledakan' masa Cambria, yaitu kemunculan dadakan berbagai jenis kehidupan hewan dalam catatan fosil sekitar 500 juta tahun lalu yang sekaligus menjadi titik balik penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Demikian menurut Harvey.

"Mereka membantu kita melakukan rekonstruksi 'pohon kehidupan', yaitu urutan kejadian pencabangan dalam evolusi hewan. Selain itu, mereka mengungkapkan bahwa segera setelah asal usul hewan di masa akhir Cambria, beberapa kelompok hewan sudah beradaptasi dengan gaya hidup 'ekstrem' di antara butiran pasir di dasar laut, mungkin sebagai perlindungan dari serangan hewan-hewan yang lebih besar."

Loriciferan masa kini tidak terlalu banyak berubah. Mereka masih bisa ditemukan dalam ekosistem kecil di pasir pantai atau sedimen laut. Tapi mereka tidak termasuk dalam pohon kehidupan kita.

"Para peneliti "menunjukkan bahwa Saccorhytus termasuk dalam 'cabang' pohon kehidupan yang sama dengan kita, manusia, sehingga bisa dipandang sebagai salah satu leluhur awal manusia," ujar Harvey.

"Sepertinya konyol, tapi selama setengah miliar tahun, bisa terjadi begitu banyaknya perubahan evolusioner," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya