Lihat Panti Asuhan Maut, Kak Seto Ingat Angeline

Di panti asuhan maut itu tak ada satupun benda yang dikategorikan bersih dan sehat.

oleh M Syukur diperbarui 01 Feb 2017, 06:32 WIB
Kak Seto Geram, Panti Asuhan Maut yang Seperti Tempat Sampah

Liputan6.com, Pekanbaru - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi atau Kak Seto geram karena panti asuhan maut, Yayasan Tunas Bangsa telah melanggar hak anak secara berat.

Saking geramnya, dia menyebut panti di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau itu tak ubahnya tempat sampah.

"(Seperti) Tempat sampah. Makanan berserakan di mana-mana, sangat kotor sekali," kata Kak Seto usai melihat kondisi panti itu bersama Ketua Lembaga Perlindungan Anak‎ Riau, Esther Mulyani dan petugas Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Riau, Selasa 31 Januari 2017.

Dia menyebut kondisi itu sangat tidak layak untuk ditinggali anak, apalagi dijadikan sebagai panti asuhan. Dia pun mengaku prihatin kondisi semacam ini bisa dibiarkan begitu saja oleh pengelola dan pemilik panti, Lili Rachmawati.

Di lokasi itu, tak ada satupun benda yang dikategorikan bersih dan sehat. Mulai dari tempat bermain anak, kamar mandi, toilet, dapur ataupun tempat makanan semuanya dalam keadaan sangat kotor.

"Kondisi ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak anak," tegas Kak Seto.

Melihat kondisi panti asuhan yang menjadi tempat tewasnya bayi 18 bulan tersebut, Kak Seto teringat ketika dirinya melihat kamar Angeline, seorang bocah perempuan di Bali yang menjadi korban penganiayaan hingga berujung kematian yang dilakukan ibu tirinya.

"Ingat sewaktu saya melihat kamar Angeline dulu. Kondisinya sama persis kayak begini. Sampah berserakan di mana-mana, sangat tidak layak," tutur Kak Seto.

Yang membedakan kamar Angeline dengan panti asuhan ini adalah tingkat keparahan kondisi jika melihat dari sisi penghuninya. Panti asuhan itu dikategorikan sangat parah karena penghuninya rata-rata masih bayi.

"Kalau Angeline umurnya sembilan tahun ya. Kalau di sini ini bayi, sangat tidak layak," sebut Kak Seto.

Dia menjelaskan, kondisi bangunan dan ruangan di panti sangat rentan menimbulkan penyakit bagi anak-anak yang tentu masih sangat membutuhkan berkembangan. Misalnya saja diare dan penyakit yang berbahaya lainnya.

Terkait adanya oknum dari pengelola panti yang diduga melakukan penganiayaan, Kak Seto memberi pandangannya. Kata dia, pada umumnya panti asuhan memiliki tujuan mulia. Panti-panti dinilai mendedikasikan diri mengasuh anak supaya mendapat perhatian dan merasa punya orang tua.

"Namun tak dipungkiri pula ada masalah kekerasan yang didapat anak-anak di panti," kata Kak Seto.

Dia menyebutkan, kekerasan dan intimidasi yang diperoleh anak selama tinggal di panti merupakan dampak emosional yang dialami pengelola.

"Makanya atas kejadian ini (kekerasan) menjadi pembelajaran bagi kita semua agar lebih intensif mengawasi panti agar tidak ada masalah seperti ini," sebut Kak Seto.

Kak Seto kemudian mendorong agar pemerintah membentuk lembaga khusus pengawasan anak hingga sampai ke tingkat RT dan RW. Intinya, harus ada perlindungan anak supaya tak timbul kekerasan seperti di panti asuhan maut Yayasan Tunas Bangsa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya