Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara merupakan pembunuh nomor satu di dunia dengan kasus sebesar 40,3 persen. Di Indonesia, kanker payudara juga termasuk kasus kanker tertinggi dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang sekitar 28,7 persen, menurut SIRS (Systemic Infl ammatory Response Syndrome) pada tahun 2010.
Baca Juga
Advertisement
Angka kematian kanker payudara tertinggi di Indonesia sebesar 21,5 per 100 ribu jiwa. Melihat data tersebut, tiap wanita memang berisiko terkena kanker payudara. Namun, Anda dapat mendeteksi dini kanker payudara.
Jika deteksi dini kanker payudara biasa dilakukan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) dan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari), cara lain yang lebih awal berupa pemeriksaan gen, yang dikenal BRCA1 dan BRCA2--Breast Cancer Susceptibility Gene.
Pemeriksaan gen melalui pengambilan sampel darah ini tak hanya mendeteksi dini kanker payudara saja, melainkan kanker ovarium. Penjelasan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Dr Sonar Soni Panigoro.
"Orang yang melakukan pemeriksaan gen ini contohnya Angelina Jolie, yang pada akhirnya gen dia positif berpotensi kanker payudara sehingga Angelina Jolie memutuskan melakukan profilaksis (pengangkatan payudara) sebelum kanker terjadi," kata dokter Soni saat diwawancarai dalam acara peringatan Hari Kanker Sedunia 2017 di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).
Dokter Soni melanjutkan, hasil pemeriksaan positif menandakan, sepanjang hidup seseorang kemungkinan bisa terkena kanker payudara sebanyak 85 persen. Faktanya, kasus deteksi dini lewat tes gen ini yang benar-benar terjadi tidak lebih dari 5 persen di dunia.
Bahkan beberapa penelitian terakhir, kasus kebenarannya menjadi 3 persen. Sementara itu, deteksi dini dari pemeriksaan gen untuk kemungkinan wanita terkena kanker ovarium sebesar 60 persen.
Pada intinya, pemeriksaan gen ini tidak sampai benar 100 persen. Artinya, kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara dan ovarium bisa saja tidak terjadi.
Dokter Soni mengungkapkan, bila seseorang positif setelah melakukan pemeriksaan gen harus menghadapi konsekuensi selanjutnya.
"Pilihannya, apakah prakiraan kanker yang akan terjadi akan dipantau (observasi) atau diangkat (sebelum kanker terdeteksi muncul). Kalau pilihannya dipantau ya mengapa harus diperiksa gen. Kebenarannya hasil tes ini hanya 3 persen dan satu kali pemeriksaan gen mencapai Rp 300 juta," katanya menjelaskan