Liputan6.com, Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan Kalimantan Timur menyatakan kasus gizi buruk pada anak meningkat. Selama 2016 terdapat 19 kasus gizi buruk anak anak Balikpapan atau meningkat empat kasus dari tahun sebelumnya.
"Selama tahun 2016, ada 19 kasus. Sedangkan 2015, ada 15 kasus dan 2014 hanya 10 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Balerina, Selasa, 31 Januari 2017.
Balerina mengatakan kasus gizi buruk anak-anak Balikpapan disebabkan rendahnya pengetahuan orangtua soal asupan gizi anak. Satu keluarga yang ayah dan ibunya bekerja, menurut dia, akhirnya mempercayakan penanganan anak-anaknya pada orang lain.
Pada akhirnya, anak-anak ini memperoleh asupan gizi sekadarnya dari orang yang dipercaya merawatnya. Mereka kurang memperhatikan asupan gizi seimbang guna pertumbuhan anak-anak.
"Mungkin ibunya terlalu sibuk. Dia tidak memahami sehingga anaknya tidak diberikan makanan bergizi. Dia pikir nasi dan kecap saja sudah," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Gizi buruk itu berdampak negatif pada pertumbuhan anak-anak beberapa tahun ke depan. Anak-anak relatif kurang memiliki ketahanan fisik guna melawan penyakit di sekitarnya, seperti batuk, pilek dan panas.
"Secara otomatis berat tubuh anak akan menyusut. Nah, itu sebabnya gizi buruk serta ada juga disebabkan faktor keturunan," kata Balerina.
Balerina mengatakan anak-anak penderita gizi buruk harus mendapatkan pemantauan rutin selama tiga bulan. Keluarga penderita akan mendapatkan formula gizi.
"Ini tidak boleh putus dan ada pemberian makanan tambahan. Gizi buruk ini harus dipantau terus karena tidak terjadi tiba-tiba dan pemulihan juga lama," ujar dia.
Pemkot Balikpapan mengalokasikan anggaran Rp 1,3 miliar guna membantu penanganan gizi buruk masyarakat. Alokasi anggaran untuk membantu keluarga Balikpapan yang anak-anaknya mengalami permasalahan gizi buruk.