Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, musim penghujan di awal 2017 ini lebih basah dibanding 2016. Sebab itu, puncak bencana banjir, tanah longsor, dan puting beliung diprediksi berlangsung di rentang waktu Januari hingga Februari 2017.
"Tantangannya ya ini puncaknya Januari hingga Februari 2017," tutur Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (1/2/2017).
Sutopo merinci, data sementara BNPB menunjukkan bahwa di awal 2017 ini, sudah ada 26 bencana yang disebabkan oleh musim penghujan. Terhitung sudah 19 orang meninggal dunia, 93 orang menjadi korban luka-luka.
Advertisement
"162.185 jiwa mengungsi dan menderita, serta 2.056 unit rumah rusak," jelas dia.
Dari 262 kejadian bencana tersebut, puting beliung mendominasi dengan total kejadian sebanyak 98 kali. Hal itu pun terkendala belum adanya sistem peringatan dini untuk bencana puting beliung.
"Dampak perubahan iklim memang sangat nyata telah merubah pola musim. Menyebabkan curah hujan ekstrim diikuti angin kencang sehingga menyebabkan puting beliung," beber Sutopo.
Kemudian untuk bencana banjir, terhitung menjadi peristiwa yang paling memakan korban jiwa. Ada 13 orang meninggal karena banjir per Januari 2017.
"Saat ini juga tengah berlangsung banjir di beberapa titik seperti Bima, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan," kata dia.
Musim penghujan 2017 ini memang jauh lebih basah dibandingkan pada pada 2015 lalu. Namun, berdasarkan penelitian BNPB, kondisi itu masih di bawah intensitas kebasahan pada 2016 yang disebabkan fenomena La Nina.
"2017 Ini musimnya normal. Tetapi maka otomatis ancaman kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan akan lebih besar dibanding 2016, tetapi lebih kecil dari 2015 yang saat itu ada El Nino," pungkas Sutopo.