Liputan6.com, Jakarta - Warga DKI Jakarta dan sekitarnya sebentar lagi tidak akan merasakan suasana kumuh, panas, dan sumpek di Terminal Kalideres. Pasalnya, pemerintah provinsi melalui Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana memindahkan terminal ini ke Rawa Buaya, Cengkareng yang lokasinya lebih luas.
Di lokasi barunya nanti, akan dibuat terminal modern dengan fasilitas yang terbilang komplet seperti minimarket, serta dilengkapi pendingin ruangan.
Advertisement
"Iya, itu bukan rencananya Plt (Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono) tapi memang dari Dishub," ujar Kepala Terminal Bus AKAP Kalideres, Revi Zulkarnain, pada Liputan6.com memulai keterangannya soal rencana pemindahan terminal yang sempat jaya pada 1980-an itu, Rabu 1 Februari 2017.
Rencana pemindahan terminal ini semakin gencar setelah diberitakan media massa. Padahal, menurut Revi, pihaknya masih dalam tahap sosialisasi pada pengusaha otobus dan pedagang yang memiliki kios di terminal Antar Kota Antar Provinsi itu.
Terminal Kalideres yang selalu sibuk jelang musim mudik dan liburan ini, jadi pintu masuk bagi pendatang, pekerja, buruh, dan perantau dari luar Jakarta. Di Kalideres, kata Revi, pengunjung didominasi calon penumpang bus dari dan ke Merak, Lampung, Palembang, dan beberapa daerah di Sumatera.
Sosialisasi ke Para Pedagang
Sosialisasi Pemindahan Lokasi ke Para Pedagang
Tak hanya sebagai tempat naik turunnya penumpang saja, Terminal Kalideres juga menjadi tempat puluhan pedagang dan ratusan keluarga bergantung hidup. Terminal yang ramai musiman ini membawa rezeki setidaknya bagi 84 pemilik kios.
Revi mengatakan, dari catatan yang ia miliki, ada 84 kios usaha milik warga yang beroperasi secara aktif di terminal yang juga melayani rute pinggiran Jakarta bagian barat menuju pusat kota ini.
Dari 84 kios tersebut, sebanyak 48 kios di kawasan terminal Bus Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP) dan 36 kios terdapat di terminal dalam kota.
"Mereka berstatus resmi dan tercatat di Dinas Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM)," kata Revi.
Mengenai retribusi, Revi mengaku pihaknya sebagai pengelola terminal tidak memungut retribusi yang dibayarkan para pemilik kios. Sebab, pembayaran bulanan dilakukan ke Bank DKI. Pengelola terminal hanya mengeluarkan surat izin dan Surat Setoran Retribusi (SSR).
"Pembayaran kios dibayar per bulan. Untuk kios berlokasi di terminal Bus AKAP dipatok Rp 30.000 per meter persegi, sedangkan di terminal dalam kota dipatok Rp 20.000 per meter persegi," jelas dia.
Di sisi lainnya, tak hanya pedagang resmi. Pedagang asongan dan kaki lima juga mengais rezeki di sana.
"Mereka ini (pedagang asongan dan kaki lima) musiman. Saat terminal kebanjiran penumpang tiap liburan dan perayaan hari raya," terang Revi.
Meski begitu, Revi berharap pemindahan itu bisa diterima pedagang dan pengusaha otobus. Pasalnya, menurut Revi dengan pemindahan ke tempat yang digadang-gadang sebagai tempat modern dan beradab di kawasan Pool Rawa Buaya, Cengkareng akan berdampak baik terhadap antusias masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum.
"Terminal yang baru dirancang terintegrasi. Berarti, banyak fasilitas penunjang bagi penumpang," terang dia.
Terlebih, terminal baru itu lebih luas. Pool Rawa Buaya memiliki luas sekitar 10 hektar lebih. Dengan lokasi yang luas ini bisa menjadikan tempat yang ideal untuk terminal tipe A.
"Memang seharusnya terminal tipe A, untuk AKAP itu dibangun di atas lahan minimal seluas 3,5 hektar. Lagipula, kondisi Terminal Kalideres sudah mulai sempit," tegas dia.
Revi yang ikut dalam rapat-rapat pemindahan terminal itu menjelaskan, pemindahan bukan berarti penghapusan total. Terminal Kalideres nantinya akan tetap beroperasi, tetapi hanya khusus bus dalam kota. Namun, dia belum memastikan proyek ini dapat rampung.
"Semua masih dalam tahap rencana," tandas dia.
Advertisement
Rencana Dinas Perhubungan
Rencana Dinas Perhubungan Terhadap Terminal Baru Rawa Buaya
Kepala Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Barat, Anggiat Banjarnahor yang dihubungi terpisah menegaskan rencana pemindahan Terminal Kalideres itu masih belum jelas kepastiannya. Hanya saja, pihaknya sudah memulai tahap pemaparan dan pengajian.
"Kita masih dalam pembahasan, tapi dalam pemaparannya sudah ada rencana pembangunan fasilitas penunjang, seperti rumah susun, pusat belanja, hingga hotel. Pembangunan juga meliputi renovasi total gedung Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Barat yang juga berada dikawasan Pool Rawa Buaya," kata Anggiat pada Liputan6.com di Jakarta Barat, Rabu, 1 Februari 2017.
Anggiat mengatakan nantinya di kawasan terminal Rawa Buaya akan dibangun integrasi modern. Tak hanya berpatok pada terminal tipe A. Namun, akan terdapat apartement, pusat perbelanjaan, hingga moda transportasi lain yang mendukung.
Di tempat itu pula akan dijadikan tempat layanan uji KIR yang saat ini berada di kawasan Kedaung Kaliangke, Cengkareng. Sementara di terminal Kalideres, akan menjadi pendukung transportasi ke kota pinggiran Jakarta, khususnya kawasan Tangerang.
Meski demikian, Anggiat sendiri belum mengetahui pasti kapan peletakan batu pertama akan dilakukan. Namun, menurut dia, Pemprov DKI sangat serius terhadap pembangunan ini.
"Kalau memang sungguh-sungguh paling lama 1,5 tahun pembangunan sudah rampung, kita siap laksanakan saja," ucap Anggiat.
Rawa Buaya sendiri saat ini hanya menjadi lokasi barang sitaan kendaraan bermasalah. Di sini, ada berbagai jenis mobil, mulai dari jenis sedan, minibus, dan bus yang terlihat tak terawat dan berkarat. Kendaraan itu merupakan hasil operasi pengandangan.
Di tengah terminal Rawa Buaya itu ada kantor Sudinhubtrans Jakarta Barat yang gedungnya sudah tak terawat, temboknya bolong, catnya pun sudah pudar. Jika berkeliling ke arah Barat, terdapat Pool Bus Transjakarta namun tak terlihat ada kegiatan dari balik pagarnya. Rawa Buaya
Tak jauh dari lokasi rawa Buaya di sisi selatannya, ada stasiun Rawa Buaya yang merupakan salah satu akses pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek. Stasiun itu bisa diakses dengan berjalan kaki selama 10 menit dari Pool Transjakarta.
Stasiun ini melayani transportasi dari Stasiun Tangerang hingga Stasiun Duri, Tambora, Jakarta Barat. Setiap 10 - 15 menit kereta melewati dan berhenti di stasiun itu.
Akses keluar dan masuk Rawa Buaya bisa melalui pintu tol JORR Wilayah Barat II yang langsung menuju ke arah Bandara Soekarno-Hatta, Merak, dan Pusat Jakarta (tol dalam kota).