Menko Darmin: ‎Kelapa Sawit RI Jangan Tinggal Sejarah

Di antara semua tanaman minyak, produktivitas paling tinggi di dunia adalah pada kelapa sawit.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Feb 2017, 13:42 WIB
Kepemimpinan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor terbesar minyak kelapa sawit, ditandai dengan kinerja ekspor komoditas ini pada 2016. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, keberhasilan penerapan kebijakan biodiesel 15 persen yang kemudian naik menjadi 20 persen telah mampu mengangkat kembali industri kelapa sawit nasional, salah satunya dari sisi harga.

Dia menceritakan, saat Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, BLU di bawah Kementerian Keuangan ini diresmikan pada 2015, saat itu harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sedang terpuruk.

"Saat peresmian saya menyampaikan kita punya kebanggaan yang sudah berjalan sejak lama, seperti rempah-rempah, pala, kunyit, tebu, gula. Komoditas ini jadi andalan, tapi kini sudah mulai hilang peranannya," papar dia saat Pertemuan Nasional Sawit Indonesia 2017 di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Darmin mencontohkan, komoditas gula. Dulu, gula menjadi komoditas andalan bagi Indonesia. Tapi sekarang, kondisinya berubah. Negara ini menjadi nett importir gula.

Beruntung, Indonesia masih memiliki komoditas andalan lain, yakni kelapa sawit. Di antara semua tanaman minyak, produktivitas paling tinggi di dunia adalah kelapa sawit.

"Selama 3-4 bulan kemudian, kita memberlakukan B20, lalu 2-3 jam setelah pengumuman kebijakan itu, harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani yang tadinya Rp 800 per Kilogram (Kg) mulai meningkat. Bergabung dengan pasar global sampai setahun, harga TBS sudah dua kali lipat. Kita sadar kelapa sawit adalah suatu berkah bagi Indonesia," papar dia.

‎Direktur Utama BPDP Sawit, Bayu Krishnamurti mengungkapkan, kepemimpinan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor terbesar minyak kelapa sawit, ditandai dengan kinerja ekspor komoditas ini pada 2016.

Indonesia memasok kelapa sawit senilai US$ 17,8 miliar di tahun lalu atau naik tipis dari tahun sebelumnya US$ 16,5 miliar.

"Kelapa sawit Indonesia di 2016 kontribusinya 12,3 persen dari total ekspor. Dan kontribusinya 13,05 persen dari total ekspor non migas, padahal 4 tahun lalu baru 8 persen. Sudah banyak produk hilirisasi dari sawit ‎mencapai 54 jenis, sehingga variasi produk yang kita ekspor bertambah," terangnya.

Bayu menambahkan, melalui kebijakan B15 dan B20 yang sudah dijalankan pemerintah Indonesia, terjadi kenaikan harga CPO di pasar global hingga 45,7 persen menjadi US$ 790 per metrik ton.

"‎Sejak BPDP Sawit berdiri dengan kebijakan biodiesel, sumbangan ke pajak mencapai Rp 1 triliun, penghematan US$ 1,1 miliar, nilai tambah industri mencapai Rp 4,4 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 300 ribu orang," papar dia. (Fik/Nrm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya