Orang-Orang yang Masih Hidup Meski Kepalanya Tertembus Peluru

Ia mengatakan, tidak menaruh dendam kepada orang yang telah menembak kepalanya. Meskipun insiden itu telah membuatnya sekarat.

oleh Azwar Anas diperbarui 02 Feb 2017, 15:00 WIB
Orang-Orang yang Masih Hidup Meski Kepalanya Tertembus Peluru

Liputan6.com, Jakarta Kepala adalah bagian paling vital dari anatomi tubuh manusia. Kepala berisi otak yang mengontrol fungsi-fungsi dasar kehidupan. Karenanya jika kepala tertembus peluru, tak diragukan lagi, orang itu pasti akan mati.

Namun, The Baltimore Sun pernah merinci, ada meski tak sampai 5%, orang-orang di dunia ini yang mampu bertahan hidup dengan tembakan di kepala. Sebanyak 60% di antaranya mampu pulih seperti sedia kala. Sisanya menderita cacat permanen.

Dilansir Toptenz.net, berikut orang-orang yang bertahan hidup meski kepalanya tertembus peluru.


Malala Yousafzai

Malala Yousafzai
Seorang gadis remaja dari Pakistan ini mampu bertahan hidup meski kepalanya tertembus peluru. Ia bahkan bisa sembuh seperti sedia kala.

Pada tahun 2009, Malala menjadi blogger untuk BBC. Saat itu usianya baru sebelas tahun. Ia perempuan berani yang hidup di bawah kekuasaan Thaliban.

Malala ialah sekian dari remaja yang ingin mencari pendidikan yang layak bagi perempuan. Oleh karena itu, ia pergi ke Lembah Swat Pakistan untuk mengenyam pendidikan.

Namun, pada tahun 2012 Biography.com melaporkan, tiba-tiba terjadi hujan tembakan dari pasukan Thaliban sebagai akibat dari ketegangan politik.

Tembakan brutal itu membunuh dan melukai beberapa gadis. Malala menjadi salah satunya. Kepalanya tertembak hingga bagian dari tengkoraknya pecah.

Rumah sakit setempat menyatakan tak mampu melakukan operasi pengangkatan peluru. Malala lalu diterbangkan ke Rumah Sakit Brimingham di Inggris.

Setahun kemudian, The Tlegraph melaporkan, Malala sembuh dari cidera kepala yang cukup serius itu. Malahan, ia dilaporkan mampu pulih seperti sedia kala.

Pada satu kesempatan, Malala pernah dihadirkan pada acara The Daily Show. Mala berpidato dan pidatonya membawa dampak perubahan yang cukup besar. 

Ia mengatakan, tidak akan menaruh dendam kepada orang yang telah menembak kepalanya. Meskipun insiden itu telah membuatnya sekarat.

"Kalau penembak itu kini berada di hadapan saya, maka saya akan memberitahukan kepadanya tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya agar kekerasan tidak terus terjadi," ujarnya yang membuat komedian sekaligus pemandu acara tersebut, Jon Stewart tak mampu berkata-kata.

Sehingga pada tahun 2014, Malala mendapat Hadiah Nobel Perdamaian atas kegigihan dan konsistensinya terhadap pendidikan bagi perempuan.


Alistair McKinney

Foto dok. Liputan6.com

Ia berpangkat sersan di Batalion Resimen Kerajaan Irlandia. Saat tugas jaga rutin di pos pengawasan, kepalanya tertembus peluru penembak jitu Thaliban.

Peluru itu tembus dan meremukkan tengkorak tepat di atas mata sebelah kanannya. McKinney koma selama beberapa tahun. Saat itu usianya menjelang 33.

The Telegraph melaporkan, McKinney tak dapat mengingat bagaimana detik-detik peluru bersarang di tempurung kepalanya. Ia hanya tahu, saat itu sedang berada di Pakistan.

"Ketika bangun, saya sudah berada di Rumah Sakit Ratu Elzabeth," ujarnya.

Tak seperti Malala, McKinney harus menempuh waktu sembuh sangat lama. Ia mengalami beberapa infeksi termasuk bagian tuberculosis. Ia juga sempat kehilangan penglihatan pada kedua matanya.

Tiga tahun setelah penembakan, McKinney masih menjalani perawatan intensif. Ia akhirnya sembuh total dan bisa menjalani kehidupan sebagaimana normalnya.


Darnal Mundy

Darnal Mundy
Apa yang dialami Mundy tak bisa lepas dari keteledoran orang tua. Mundy hanyalah bocah berumur tiga tahun saat kepalanya tertembus peluru pistol.

Mundy adalah bocah kelahiran Miami, Florida, Amerika Serikat. Ia tak sengaja menembak kepalanya sendiri pada 4 Agustus, 2015. Ia tak mengerti pistol itu sangat berbahaya.

Ia menembak dirinya sendiri tepat di tengah wajah. Peluru itu tembus ke sisi kiri bagian belakang kepala.

The Washinton Post melaporkan, sebagian tengkorak Mundy harus dihilangkan karena mengalami pembengkakan dan infeksi parah. Bocah mungil itu mengalami koma selama tiga minggu.

Meski ia mengalami kelumpuhan sementara dan harus duduk di kursi roda, Mundy berhasil melewati masa kritis. Pada kurun tiga bulan, ia kembali ke rumah dan dapat menggerakan kembali sisi kanan tubuhnya.

(War)

 

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya