Permintaan Pasokan Properti Sektor Ritel Masih Besar

Tingkat permintaan properti di sektor ritel selama triwulan keempat 2016 cukup seimbang mengingat jumlah pasokan baru.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Feb 2017, 08:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga konsultan properti, Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat tingkat permintaan properti di sektor ritel selama triwulan keempat 2016 cukup seimbang mengingat jumlah pasokan baru yang memang terbatas.

Head of Retail Jones Lang LaSalle James Austen menjelaskan, sejumlah pasokan baru yang masuk selama 2016 telah diisi berbagai tenant yang melakukan ekspansi dari sejumlah pusat perbelanjaan maupun para pemain baru.

"Permintaan terhadap sektor makanan dan minuman (F&B) masih menjadi daya tarik utama bagi konsumen untuk menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan.” jelasnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (3/2/2017).

Dari permintaan konsumen tersebut maka tak heran jika permintaan pasokan properti sektor ritel cukup besar digunakan untuk sektor makanan dan minuman. Selain itu, permintaan tempat untuk tenant kosmetik dan hiburan (entertainment) juga cukup besar.

Untuk tenant sektor fast fashion, elektronik dan peralatan rumah tangga tak terlalu besar tetapi juga tak terlalu kecil. Sedangkan permintaan tempat dari tenant sektor barang mewah atau (luxury) dan fashion sangat kecil atau lemah.

Country Head Jones Lang LaSalle Todd Lauchlan menambahkan, secara umum masih banyak minat para investor asing sampai saat ini masih untuk masuk ke pasar properti Indonesia.

Indonesia yang memiliki jumlah populasi yang masif dinilai akan mempunyai potensi untuk sektor–sektor seperti hunian vertikal, hunian horizontal, dan ritel.

"Investor dari sejumlah negara di Asia seperti Cina, Jepang, Hong Kong, dan Singapura berdatangan untuk berinvestasi di Indonesia dimana kami melihat hal ini positif seiring dengan bertambahnya lapangan pekerjaan, juga memicu daya saing dari para pengembang lokal," tutup dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya