Liputan6.com, Los Angeles - Kondisi perpolitikan Amerika Serikat ternyata mengalihkan sejenak perhatian Angelina Jolie dari drama perceraiannya dari Brad Pitt. Ia ikut merapatkan barisan bersama sejumlah seleb Hollywood lain untuk menentang kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tentang larangan masuk imigran dan pengungsi dari tujuh negara.
Hal ini jelas saja mengusik perhatian Angelina Jolie. Pasalnya, ia telah lama menjadi aktivis dalam bidang ini. Ia bahkan menjadi duta untuk UNHCR, badan PBB yang fokus pada masalah pengungsi dunia.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari The Guardian, Jumat (3/2/2017), Angelina Jolie menyalurkan aspirasinya lewat sebuah tulisan di kolom opini The New York Times. Ini, adalah momen yang cukup langka, karena Angelina Jolie terbilang jarang mengeluarkan pernyataan pribadi di muka publik pasca menggugat cerai Brad Pitt pada September lalu.
"Warga Amerika telah menumpahkan darah demi sebuah wacana bahwa HAM menembus batas-batas budaya, geografi, etnis, dan agama," tulis Angelina Jolie. Karena itu, tulisnya, keputusan Donald Trump untuk melarang masuknya imigran dan pengungsi dari tujuh negara dengan penduduk mayoritas Islam, sangat mengejutkannya.
Dalam opininya, juga Angelina Jolie berkaca dari pengalamannya sendiri, sebagai ibu dari anak-anak yang berasal dari berbagai bangsa.
"Sebagai ibu dari enam anak yang dilahirkan di berbagai negara lain, dan merupakan warga negara Amerika yang bangga, aku ingin negara kita aman untuk mereka dan seluruh anak-anak di negara ini," tulisnya.
"Namun aku juga ingin agar anak pengungsi yang memenuhi syarat untuk bisa berlindung dalam Amerika yang penuh kasih sayang. Dan bahwa kita bisa menjaga keamanan negara kita, tanpa harus menganggap seluruh penduduk dari satu negara—termasuk bayi—sebagai ancaman hanya karena letak geografis atau agamanya."
E! News melaporkan bahwa Angelina Jolie sendiri telah beberapa kali mendatangi negara yang kini penduduknya telah dilarang masuk Amerika Serikat. Salah satunya adalah Suriah, di mana ia mendatangi pengungsi anak-anak dan dewasa, termasuk mereka yang bertahan dari gempuran ISIS.