Liputan6.com, Pekanbaru - Nama Lili Rachmawati menjadi sorotan setelah Panti Asuhan Yayasan Tuna Bangsa miliknya menelan korban jiwa, M Ziqli (18 bulan). Dia menjadi tersangka dan kini ditahan di Mapolresta terkait kasus penganiayaan berujung maut itu.
Lantas, siapakah Lili? Apakah pekerjaanya sebelum mendirikan yayasan yang izinnya itu sudah tidak berlaku sejak 2011? Liputan6.com kemudian mencoba ke tempat tinggalnya di Jalan Bukit Rahayu, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru.
Menurut Suwarno, pria yang pernah menjadi RW selama 17 tahun di jalan tersebut, Lili sudah lama menempati rumah yang kemudian dijadikannya sebagai salah satu panti.
"Sejak tahun 90 dia sudah di sini, saat itu saya RW-nya. Dia tinggal di rumah yang dijadikan panti itu," kata Suwarno di rumahnya yang berjarak 50 meter di panti tersebut, Rabu, 1 Februari 2017.
Awalnya, kata Suwarno, Lili tak punya panti. Di rumah yang merupakan milik orangtuanya itu, Lili kemudian mendirikan taman pengajian buat anak-anak.
Baca Juga
Advertisement
"Istri saya yang mengajar di sana. Termasuk Lili, istri saya juga yang mengajar. Dia memang cerdas, pintar tapi keras orangnya," ucap Suwarno, didampingi istrinya Sumiati.
"Iya saya gurunya, ada 10 orang murid mengaji saat itu," membenarkan pernyataan suaminya yang sudah berusia 79 tahun itu.
Entah dari mana idenya, Lili kemudian membuat yayasan. Tanpa menggunakan kendaraan dan hanya bermodalkan tumpangan mobil, Lili, kata Suwarno, mulai sibuk mengurus administrasi pembuatan yayasan.
"Istri saya juga ikut ketika itu, hanya menemani saja karena keduanya memang dekat saat itu," ucap Suwarno.
"Iya, saya pernah nemani dia. Nggak pakai motor, jalan kaki aja. Kadang naik tumpangan mobil pikap," kata Sumiati.
Usaha Lili bersusah payah mendirikan yayasan kemudian membuahkan hasil. Dia kemudian menyulap taman pengajian anak-anak menjadi panti asuhan di kecamatan tersebut.
Dalam perkembangannya, Lili kemudian membangun beberapa panti. Satu di lokasi rumah orangtuanya di jalan tersebut, satu di Jalan Lintas Timur KM 20 (panti jompo), kemudian di KM 13 (panti asuhan) dan panti penampungan pengidap gangguan jiwa di Jalan Cendrawasih.
"Bantuan mengalir dari mana-mana. Mulai dari pejabat seperti gubernur, wali kota, kepala dinas, hingga artis ada juga. Makanya banyak dia punya cabang panti," tutur Suwarno.
Awal berjayanya, Lili selalu berbagi kepada warga sekitar. Misalnya ketika perayaan keagamaan seperti lebaran, Lili selalu membagikan sembako kepada warga sekitar.
Mantan Pemilik Toko Jahit
Kejayaan itu mulai diiringi keangkuhan. Hubungan Lili dengan guru ngajinya, Sumiati, retak. Hal itu terjadi ketika ada salah seorang donatur datang dan menanyakan berapa penghuni panti.
"Di depan saya, kepada donatur itu Lili menyebut ada 40 penghuni panti. Pendataan itu dilakukan donatur untuk menentukan berapa jumlah besaran bantuan," kata Sumiati.
Hanya saja tak melihat penghuni seperti yang diutarakan Lili, donatur tadi kemudian mendatangi Sumiati dan menanyakan berapa anak penghuni panti.
"Saya nggak mau bohong, saya sebut tak sampai 40. Lili kemudian marah, dia mencekik saya dan meminta saya berbohong. Saat itulah saya tidak bisa lagi ke panti itu," kata Sumiati menyebut kejadian itu sebelum 2000.
Sejak kejadian itu, Lili tak hanya menutup diri kepada Sumiati tapi kepada warga juga. Dia pun membangun pagar dan membuat aktivitas panti tertutup.
"Pernah dia datang membawa beras dan daging, sebagai permintaan maaf. Saya suruh dia bawa kembali bantuannya itu, tak terima istri saya digitukan," kata Suwarno mengingat kejadian yang sudah lama itu.
Terkait keberadaan M Ziqli sendiri, Suwarno mengaku tahu setelah kepolisian datang. Ziqli sebelumnya tak pernah terlihat keluar bermain di perkarangan panti.
"Tahunya setelah berita M Ziqli itu meninggal dari panti. Itu aja. Kalau soal penganiayaan anak asuh, tak pernah lihat secara langsung. Kalau dengar suara bayi menangis dan anak berteriak itu, sudah biasa di sini," ujar Suwarno.
Sementara tetangga lainnya, mengaku bernama Widi, menyebut Lili sebelum mendirikan panti bekerja sebagai seorang penjahit. Lili disebutnya pernah buka toko jahit di kawasan Tanjung Datuk.
"Saya kenal dengan dia, kan tetangga. Dulunya tukang jahit," kata dia kepada wartawan.
Tak lama kemudian, Lili disebut Widi membangun panti. Beberapa tahun mendirikan yayasan, karir Lili begitu cemerlang. Dia kemudian membangun beberapa panti cabang dari yayasan.
"Ada empat kalau nggak salah pantinya. Yang di sini ini merupakan tanah orangtuanya. Namun, pembangunan panti lain dari donatur. Dia pun banyak punya tanah," ujar Widi.
Kesuksesan membangun panti hingga tak lagi dikeluarkan izinnya kini membuat Lili menjadi penghuni sel Polresta Pekanbaru. Dia menjadi tersangka atas kematiannya anak asuhnya, M Ziqli karena diduga mengalami penganiayaan.
Advertisement