Putri Kerajaan Saudi: Kembalikan Kemuliaan Takbir Allahu Akbar

Putri Kerajaan Arab Saudi Ameerah Al Taweel menyebut, takbir Allahu Akbar sudah disalahgunakan kelompok teroris dan ekstremis.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 03 Feb 2017, 18:00 WIB
Putri Kerajaan Arab Saudi Ameerah Al Taweel (Foto: Hong Kong Muslim Council)

Liputan6.com, Hong Kong - Aksi teroris dan ekstremis yang mengatasnamakan Islam tak hanya merugikan para korbannya, tapi juga 1,8 miliar umat Muslim dunia. Putri Kerajaan Arab Saudi Ameerah Al Taweel mengatakan, kalimat takbir, Allahu Akbar bahkan mereka bajak.

Meski videonya telah dikeluarkan tahun 2016 lalu, apa yang disampaikan Ameerah Al Taweel relevan dengan kondisi saat ini, di mana prasangka terhadap umat Islam belum juga usai.

Bahkan, pada Januari 2017 Presiden Amerika Serikat Donald Trump, atas nama keamanan negara, mengeluarkan perintah eksekutif (executive order) yang melarang warga dari tujuh negara -- yang mayoritas penduduknya muslim -- masuk ke AS. 

Pertemuan Media di Jazirah Arab

Dalam paparannya, Putri Ameerah Al Taweel mengatakan, semua muslim wajib mengembalikan kemuliaan kalimat takbir, Allahu Akbar.

"Semua Muslim punya tanggungjawab untuk menggambarkan wajah Islam yang sebenarnya dan mengembalikan arti dari kata Allahu Akbar yang sudah disalahgunakan (kelompok teroris dan ekstrimis)," sebut Ameerah Al Taweel seperti dikutip dari Muslimcouncil.HK, Jumat (3/3/2017).

Ia menegaskan, Islam adalah agama yang indah dan sederhana. Dan, Allahu Akbar adalah simbol yang mulia. 

"Kalimat itu seharusnya menunjukkan kebesaran Allah, tapi secara menyedihkan telah dicemari oleh teroris dan ekstremis yang meneriakannya saat mereka melakukan aksi kriminal dan kekerasan yang keji," ucapnya.

Pertemuan Media Negara-negara Arab (Hongkong Muslim Council)

"Ini sudah jadi tanggungjawab individu sebagai seorang Muslim untuk melindungi agama kita dan menginformasikan soal keindahan (Agama Islam)," tambah dia.

Saat ini Putri Ameerah Al Taweel sedang memfokuskan diri untuk menciptakan pusat penelitian dan museum tentang Islam. Ia berharap dengan adanya bangunan-bangunan tersebut Islam tak tercemar lagi dengan aksi kebencian dan teror.

Ia pun yakin, harapan ini bisa terwujud. Sebab, dari jajak pendapat di twitter hanya 12 persen yang punya pandangan negatif mengenai Islam.

Lima persen lain melihat Islam sebagai hal positif. Sementara 83 persen memilih netral.

"Jadi hanya 12 persen pengguna twitter yang punya pandangan negatif mengenai Islam. Lebih dari 280 juta pengguna twitter di Arab bisa membantu project terkait imej Islam sebenarnya," jelas Ameerah Al Taweel.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya