Liputan6.com, Jakarta - a Banyak pihak menunggu pertemuan antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY benar-benar terjadi. Pertemuan itu diharap terjadi setelah pencoblosan pilkada 2017.
"Ya setidak-tidaknya setelah tanggal 15 lah supaya tidak menjadi isu politik," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (3/2/2017).
Advertisement
Selain menjaga agar pertemuan tidak dipolitisasi, suasana setelah pilkada diharapkan lebih tenang dibanding sekarang ini. Sehingga pertemuan Jokowi dan SBY bisa berjalan dengan baik.
"Semua begitu, semua kita lebih tenang lah, semua masing-masing tenang dulu, setelah tanggal 15 lah. Jadi pasti diterima lah itu," kata pria yang kerap disapa JK itu.
JK juga yakin, Jokowi akan menerima permintaan SBY untuk bertemu dan berbincang secara khusus.
SBY dalam jumpa pers di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat mengatakan, Presiden Jokowi dilarang untuk bertemu dengannya. Orang-orang yang melarang ini, berada di sekitar Jokowi.
"Saya diberi tahu, konon katanya ada tiga sumber yang memberitahu saya beliau ingin bertemu dengan saya, tidak ada masalah, cuma dilarang oleh dua - tiga orang di sekeliling beliau. Nah, dalam hati saya hebat juga ini yang bisa melarang presiden kita untuk bertemu dengan sahabatnya yang juga mantan presiden," kata SBY, Rabu 1 Februari.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung membantah pernyataan SBY itu. Pramono memastikan tidak ada yang menghalangi pertemuan Jokowi dan SBY.
Presiden Jokowi juga mengatakan, pasti akan mengatur dan meluangkan waktu untuk bertemu SBY. Hal itu dapat diwujudkan bila ada permintaan dari SBY.
"Bolak-balik kan dibilang, waktunya akan diatur, tetapi kalau ada permintaan," ujar Jokowi di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis 2 Februari 2017.