Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,9 persen secara mingguan periode 27 Januari-3 Februari 2017. Penguatan IHSG didorong saham-saham berkapitalisasi kecil.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Jumat (3/2/2017), laju IHSG naik 0,9 persen menjadi 5.360 pada 3 Februari 2017 dari posisi 27 Januari 2017 di kisaran 5.312. saham-saham unggulan hanya naik 0,8 persen secara mingguan usai cetak kinerja memuaskan dalam lima minggu.
Salah satu faktor utama mendorong kenaikan saham-saham berkapitalisasi kecil itu imbas pulihnya sektor tambang. Ini akibat Filipina yang menutup tambang terkait aturan lingkungan.
Selain itu, aliran investor asing juga kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Tercatat aksi beli mencapai US$ 55,8 juta atau sekitar Rp 743 miliar (asumsi kurs Rp 13.321 per dolar Amerika Serikat) usai empat minggu, aliran dana investor asing keluar dari pasar saham. Sedangkan di pasar obligasi, indeks obligasi turun 0,1 persen secara mingguan. Padahal imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 20 basis poin. Aliran dana investor asing juga masuk mencapai US$ 120 juta.
Baca Juga
Advertisement
Ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi bursa saham pada pekan ini. Dari eksternal, seperti dikemukakan dalam kampanyenya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang imigran dari tujuh negara. Pasar pun bereaksi negatif dengan kebijakan tersebut, dan kemungkinan terhadap sejumlah agenda.
Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve pun tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 0,50 persen-0,75 persen. Data tenaga kerja AS di sektor non pertanian pada Januari 2017 pun lebih kuat dari yang diperkirakan. Data tenaga kerja sektor non pertanian naik menjadi 246 ribu.
Dari Asia, Filipina memutuskan untuk menutup tambang nikel terkait isu lingkungan. Ini menambah sentimen usai Indonesia mengubah aturan soal ekspor nikel. Penutupan tambang itu akan memangkas persediaan global sekitar sembilan persen.
Sedangkan dari sentimen internal datang dari pengumuman data ekonomi Indonesia. Tercatat inflasi pada Januari mencapai 0,97 persen. Kenaikan inflasi didorong oleh harga yang diatur pemerintah seperti tarif listrik. Sedangkan indeks manufaktur Indonesia naik menjadi 50,4.
Lalu apa yang perlu dicermati ke depan?
Mengutp laporan Ashmore, inflasi tinggi akan jadi risiko terbesar yang dihadapi idnoensia pada 2017. Kenaikan harga komoditas dan harga yang diatur pemerintah menjadi faktor pendorong kenaikan inflasi. Pemerintah memprediksi inflasi empat-lima persen. Inflasi menjadi risiko ini terlihat dari tingginya inflasi pada Januari mencapai 0,97 persen.
Selain itu, pasar obligasi atau surat utang paling terkena dampak dari inflasi tinggi ketimbang saham. Inflasi tinggi akan kurangi imbal hasil Indonesia. "Jika ketidakpastian makin tinggi dan investor meminta imbal hasil lebih tinggi untuk obligasi, akibatnya imbal hasil obligasi Indonesia akan naik," kata dia.