Liputan6.com, Jakarta - Badan Ekonomi Kreatif (Barekraf) menyatakan, Indonesia masih kekurangan ruang pertunjukan film atau bioskop. Hal ini mempengaruhi perkembangan industi perfilman dalam negeri.
Kepala Barekfraf Triawan Munaf mengatakan, saat ini bioskop di Indonesia sebanyak 1.200 layar. Keberadaan bioskop tersebut tidak sebanding dengan jumlah masyarakat Indonesia. Idealnya, di Indonesia harus ada 70 ribu layar.
"Indonesia memiliki 1.200 layar. Yang dimiliki Shanghai, di China miliki 45 ribu layar, kita harus miliki 70 ribu layar," kata Triawan, dalam acara Creative Preneur Corner 2017, di Senayan City, Jakarta, Sabtu (4/2/2017).
Baca Juga
Advertisement
Triawan menuturkan, keterbatasan jumlah layar lebar di Indonesia menjadi penghambat perkembangan indusri perfilman di Indonesia. Untuk mendukung perkembangan industri tersebut dia telah membuka Daftar Negatif Investasi (DNI) pada bidang perfilman.
"Itu yang menghambat kita selama ini. Alhamdulillah, saya berhasil membuka DNI, investasi di bidang film," ucap Triawan.
Triawan menuturkan, film merupakan salah satu dari 16 sektor industri kreatif yang menjadi prioritas untuk dikembangkan.Dengan dibuka DNI diharapkan dapat menggairahkan industri perfilman Indonesia dan menciptakan dampak berganda bagi perekonomian Indonesia. Ini akan menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modalnya pada sektor perfilman antara lain membangun bioskop dan rumah produksi.
"Ini menggairahkan film Indonesia. Pada tahun lalu penonton meningkat 130 persen, tapi kalau layar lebih banyak lebih banyak lagi, karena film itu basis penontonnya di daerah," tutur Triawan.