Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda terbangun di tengah malam, jantung berdebar disertai dengan ingatan yang jelas tentang mimpi buruk yang baru saja Anda alami?
Setiap orang mengalami mimpi buruk sesekali waktu. Namun jika Anda sering mengalaminya, berarti Anda menderita gangguan tidur. Orang dewasa biasanya lebih jarang mengalami mimpi buruk dibanding anak-anak.
Advertisement
Apa yang menyebabkan mimpi buruk? Makan makanan dengan rasa tajam atau pedas sebelum tidur bisa memicu mimpi buruk. Begitu juga dengan menonton film horor.
Sampai saat ini, para peneliti belum sepenuhnya memahami mimpi buruk dan penyebabnya. Banyak juga teori bermunculan tentang guna mimpi buruk, tapi semuanya masih belum jelas.
Mimpi buruk sulit dipelajari dan diteliti, karena sifatnya yang cukup subjektif, sangat personal, dan sangat kabur. Namun dari semua hal yang belum dipahami tentang mimpi buruk, ada beberapa hal yang sudah diketahui yang bisa mengejutkan Anda.
Melansir Prevention, Senin (6/2/2017) berikut 6 hal yang bisa dibilang cukup menakutkan tentang mimpi buruk:
1. Mimpi buruk tidak harafiah
Para peneliti setuju kebanyakan mimpi buruk muncul karena kecemasan, tapi mereka tidak menginterpretasi kekhawatiran Anda secara harafiah. Satu studi kecil yang dilakukan oleh para peneliti di Tufts University meneliti mimpi-mimpi dan mimpi buruk setelah peristiwa 9/11; teori mereka, serangan ini menciptakan satu level trauma bagi semua orang di Amerika Serikat.
Sementara semua subjek (tak ada satu pun yang terpengaruh langsung oleh serangan tersebut) melaporkan mereka semakin sering mengalami mimpi buruk atau mimpi-mimpi yang sangat nyata, tak ada satu pun dari mereka yang secara harfiah memimpikan Twin Towers yang diserang tersebut, gedung-gedung tinggi yang ambruk, atau bahkan pesawat--walaupun gambar-gambar serangan tersebut terus di putar di TV.
Advertisement
2. Tak akan ada yang mendengar teriakan Anda
Karena Anda tidak bisa berteriak (atau bahkan bergerak) ketika Anda mengalami mimpi buruk. Semua teriakan atau pergerakan heboh seperti yang Anda lihat di film-film itu tidak benar.
"Selama tahap tidur yang memungkinkan Anda bermimpi--tahap REM--semua otot tubuh itu lumpuh, kecuali otot mata dan otot-otot yang kita gunakan untuk bernapas," ujar Aneesa Das, MD, seorang profesor pendamping di Ohio State University Wexner Medical Center di departemen yang secara khusus meneliti tidur.
"Begitu Anda duduk dan berteriak, Anda sudah terbangun dan keluar dari mimpi tidur," ujarnya.
Inilah salah satu alasan kenapa kita bisa mengingat mimpi buruk lebih jelas dibanding mimpi biasa. "Anda terbangun sambil keluar dari mimpi, sehingga ingatan Anda lebih baik," jelasnya, Mimpi biasa tidak membuat Anda terbangun dari tidur.
3. Wanita lebih sering mengalami mimpi buruk
A.j. Marsden, PhD. profesor pendamping di pelayanan manusia dan psikologi di Beacon College, Florida, AS mengutip satu penelitian yang dilakukan di Inggris yang menemukan, wanita ternyata mengalami mimpi buruk lebih banyak dibanding pria.
"Hal ini bisa jadi berkorelasi dengan penemuan bahwa wanita ternyata juga memiliki lebih banyak isu kecemasan, dan mimpi buruk seringnya adalah suatu refleksi dari kecemasan dan kekhawatiran kita," paparnya. "Wanita biasanya melaporkan mengalami mimpi buruk yang intens secera emosional dibanding pria, berpusat pada ketakutan, kehilangan, dan kebingungan."
Namun kata kunci di sini adalah "melaporkan." "Remaja dan wanita dewasa melaporkan dan berbicara tentang mimpi buruk mereka dibanding pria," menurut Das. Ada kemungkinan pria lebih segan melaporkan mimpi buruk mereka, atau mereka mengecilkan intensitas mimpi buruk mereka.
Marsden dan Das sama-sama mengatakan, sampai pada titik tertentu, semua hal ini hanyalah masalah persepsi: Mimpi buruk satu orang bisa jadi mimpi seru orang lain.
Advertisement
4. Mimpi buruk adalah persiapan untuk hal sesungguhnya
Walaupun ada banyak teori tentang kenapa kita bermimpi--mereka adalah refleksi dari alam bawah sadar, mereka adalah cara otak tetap sibuk saat tubuh beristirahat--Marsden mengatakan, salah satu teori yang semakin banyak mendapatkan dukungan belakangan ini adalah: mimpi adalah cara otak berusaha memecahkan masalah atau menghadapi emosi yang intens.
"Mimpi buruk bisa jadi adalah cara otak untuk menyiapkan kita untuk suatu situasi menakutkan tertentu," ujarnya. Mimpi buruk tentang ada orang yang membobol masuk ke rumah bisa jadi cara otak menyiapkan kita untuk mengatasi dan menghadapi situasi seperti itu--atau membantu kita untuk merasa tak terlalu takut.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Sleep pada tahun 2007, para peneliti menemukan, baik ibu yang baru melahirkan atau sedang hamil, sering mengalami mimpi yang buruk yang melibatkan bayinya. Dan ibu yang baru melahirkan lebih sering mengalami mimpi buruk intens tentang sesuatu terjadi pada bayinya.
"Tingkah laku seperti ini" tulis para peneliti, "bisa jadi merefleksikan kondisi kewaspadaan sang ibu. Hal ini bisa jadi memiliki peranan dalam perawatan dan pengasuhan sang bayi."
Atau, mereka memberi alternatif, mimpi buruk sering muncul karena para ibu dan calon ibu tadi sering kali terganggu tidurnya.
5. Anda bisa mengontrol mimpi buruk
"Namun hal itu membutuhkan banyak latihan," ujar Marsden. Lucid dreaming, adalah dimana ketika Anda tahu Anda sedang bermimpi dan bisa mengontrol arah mimpi tersebut.
"Beberapa orang bisa mulai mengontrol mimpi mereka, namun begitu mereka sadar mereka bermimpi biasanya mereka terbangun."
Dengan mimpi buruk, latihannya sangat menarik, ujar Das, dan ada semakin banyak penelitian yang menggunakan teknik ini untuk membantu orang-orang dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
"Pola pikirnya adalah, dengan mengajarkan mereka untuk mengontrol mimpi buruk, mereka bisa pelan-pelan menghadapi traumanya," ujarnya.
Advertisement
6. Ada yang lebih menakutkan dari mimpi buruk
Teror malam hari, walaupun tidak umum dialami orang dewasa, bisa jadi lebih menakutkan bagi orangtua dibanding anak-anak yang mengalaminya. Sebagai awalan, anak akan berteriak, biasanya dengan mata terbuka.
"Pada teror malam hari, orangtua biasanya tidak bisa membangunkan anaknya," ujar Marsden. Berlawanan dengan mimpi buruk, "orangtua bisa membangunkan anaknya, dan anak akan ingat mimpi buruk yang mereka alami dan bisa membicarakannya dengan mudah," ujarnya.
Dengan teror malam hari, ketika si anak akhirnya terbangun, mereka tidak memiiki ingatan tentang kejadian tersebut.
Marsden menjelaskan, kunci utama perbedaan mimpi buruk dengan teror malam hari ada pada waktu kejadian yang berada pada siklus tidur yang berbeda. Inilah kenapa kita bisa berteriak saat mengalami teror malam hari.
Sementara kebanyakan mimpi terjadi pada fase tidur REM, teror malam hari terjadi pada tahapan tidur ke-4, yang adalah fase ternyenyak. Marsden menjelaskan, hal ini sepertinya terjadi karena anak memiliki kesulitan bertransisi dari fase tidur nyenyak ke fase REM.