Istri Ketiga Pentolan ISIS Bahrumsyah Ikut Dideportasi dari Turki

Rikwanto memastikan, NK, istri Bahrumsyah berafiliasi dengan kelompok teror ISIS.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 07 Feb 2017, 12:15 WIB
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 75 WNI yang dideportasi dari Turki saat ini berada di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta Timur. Satu dari 75 WNI itu adalah istri dari terduga teroris sekaligus pentolan ISIS asal Indonesia, Bahrumsyah.

Ke-75 orang ini merupakan WNI yang dideportasi pemerintah Turki karena diduga akan melakukan kegiatan konflik di Suriah.

"Yang di Bambu Apus itu inisial NK kalau enggak salah namanya Nia Kurniati itu istri dari Bahrumsyah, dia memang seorang janda diperistri oleh Bahrumsyah," kata Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Rikwanto menuturkan, sama seperti 75 WNI lainnya, NK juga diamankan pemerintah Turki kemudian dideportasi ke Indonesia. Namun, dia tidak merinci kapan NK berangkat ke Turki hingga akhirnya dideportasi.

"Belum lama karena berangkat ke sana diamankan otoritas Turki dan dipulangkan atau dideportasi," ucap Rikwanto.

Rikwanto memastikan, NK berafiliasi dengan kelompok teror ISIS. Hal itu dikarenakan, suaminya Bahrumsyah merupakan anggota kelompok ISIS yang terlibat teror bom dan penyerangan di Jalan MH Thamrin tahun lalu.

"Ya berafiliasi ISIS. Kami sedang dalami sel-selnya di Indonesia," tambah Rikwanto.

Siapa Bahrumsyah?

Bahrumsyah, merupakan anggota teroris yang muncul di dalam video mengenai ajakan bergabung dengan ISIS pada situs berbagi Youtube. Dia merupakan salah satu pentolan ISIS yang berasal dari Indonesia, selain Bahrun Naim dan Abu Jandal.

Bahrumsyah berperan sebagai penyokong dana dalam teror bom di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016.

Kapolri Tito Karnavian saat masih menjabat sebagai Kepala BNPT menjelaskan, jaringan teroris di Indonesia masih dikontrol oleh tiga ideolog teroris yaitu Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Salim Mubarok alias Abu Jandal yang diketahui berada di Suriah.

"Ada 3 jaringan perantara di situ Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Salim Mubarok alias Abdul Jandal alias Abdul Barok. 3 Orang ini harus dinetralisasi. Kalau tidak, mereka ini akan memprovokasi," ujar Tito dalam acara "The General Briefing on Counter Terrorism" di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa 19 April 2016.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya