Liputan6.com, Gaza - Tensi kembali memanas di sepanjang perbatasan Israel dengan Gaza.
Militer Israel menembaki instalasi Hamas di Gaza setelah sebuah roket diluncurkan dari wilayah Hamas dan meledak pada Senin 6 Februari 2017. Sejauh ini tidak ada laporan tentang korban dari kedua sisi.
Advertisement
Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, sebagian besar memilih gencatan senjata yang mengakhiri perang 50 hari dengan Israel pada 2014. Namun, segelintir kelompok-kelompok militan lain kadang-kadang menembakkan roket atau mortir ke sepanjang perbatasan.
Israel menganggap, siapa pun yang mengarahkan senjata ke wilayahnya pasti berasal dari Hamas, seperti dikutip dari Associated Press, Selasa (7/2/2017).
Suara sirene meraung di bagian selatan Israel memperingatkan roket masuk Senin, 6 Februari 2017 pagi. Militer Israel mengatakan satu meledak di sebuah lapangan terbuka.
Segera setelah serangan roket itu, tank militer Israel menembaki pos-pos Hamas di dekat perbatasan.
Kekerasan terus terjadi sepanjang hari. Seorang warga Gaza, yang meminta untuk tidak disebut namanya karena alasan keamanan, mengatakan serangan udara Israel menargetkan tiga situs pelatihan militer milik Hamas. Siang dan malam Israel membombardir baik dari udara maupun darat.
"Mobil-mobil milik warga Gaza hancur," kata warga itu seperti dikutip dari Haaretz.
Militer Israel mengonfirmasi mereka melakukan serangkaian serangan udara tambahan di malam harinya. Mereka mengklaim langkah itu diambil dalam merespons serangan roket Hamas dan tembakan ke arah patroli perbatasan.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan,"Militer tidak akan menoleransi serangan roket terhadap warga sipil dan akan terus menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan itu."
Sementara itu, juru bicara Hamas, Hazem Qassem menyalahkan Israel atas peningkatan eskalasi itu.
"Ini adalah langkah kriminal Israel untuk melawan Palestina," katanya.
Sejauh ini tak ada klaim yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket. Sebelumnya pernah terjadi insiden senada di mana pelakunya adalah ISIS.