Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah Rusia menuntut permintaan maaf dari Fox News terkait komentar yang dianggap ofensif tentang Vladimir Putin yang dilontarkan oleh presenter stasiun televisi itu, Bill O'Reilly.
Pertanyaan itu dilontarkan O'Reilly saat melakukan wawancara dengan Presiden Donald Trump. Presenter itu mendeskripsikan orang nomor satu di Rusia itu sebagai 'pembunuh'.
Advertisement
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan, "permintaan maaf dari perusahaan TV terkemuka harus segera disampaikan."
Dikutip dari BBC, Selasa (7/2/2017), saat itu Trump tengah ditanya seputar dugaan pembunuhan wartawan dan lawan politik yang dilakukan Putin.
"Dia kan pembunuh, bukan? Putin adalah pembunuh," kata O'Reilly dalam wawancara itu.
Trump membalas, "Ada banyak pembunuh. Kita memiliki banyak pembunuh. Menurut Anda, negara kita begitu suci?"
Presiden AS ke-45 itu mengatakan ia menghormati Putin dan memilih untuk berteman dengannya.
Trump mengatakan, ia ingin membantu Rusia dalam hal memberantas apa yang menurutnya sebagai 'teroris Islam radikal'.
Opini Trump atas Putin menarik perhatian di AS. Apalagi, komunitas intelijen percaya, presiden Rusia itu berada di belakang layar para peretas yang membantu Trump menang Pilpres 2016 melawan rival beratnya, Hillary Clinton.
Kebanyakan petinggi Partai Republik tidak suka dengan pernyataan Trump dalam wawancara dengan Fox.
Pemimpin Mayoritas Senat, Mitch McConnel mengatakan Putin, "mantan agen KGB dan preman."
Anggota Kongres Nancy Pelosi mengatakan ia ingin mengetahui, "Apa yang dilakukan Rusia kepada Trump?"
Sementara itu, wapres Mike Pence membela pasangannya, "Trump tidak akan membiarkan argumen dengan Rusia di masa lalu menghentikan keinginan untuk bekerja sama."
Trump dan Putin melakukan kontak telepon pada 28 Januari 2017. Pertama kali semenjak Trump menjabat jadi presiden AS.
Gedung Putih menyebut telepon itu sebagai, "permulaan yang baik untuk meningkatkan hubungan antara AS dan Rusia."