Liputan6.com, Teheran - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengucapkan terima kasih kepada Donald Trump yang disebutnya telah "menunjukkan wajah Amerika Serikat sesungguhnya". Pernyataan Khamenei itu menandai babak baru ketegangan dua negara.
"Kami berterima kasih kepada Trump, karena ia memudahkan kami untuk mengetahui wajah asli Amerika Serikat. Apa yang telah kami katakan, selama lebih dari 30 tahun, tentang politik, ekonomi, moral, dan korupsi sosial dalam pembentukan pemerintahan AS yang berkuasa, telah ia pertontonkan selama kampanye pilpres dan setelahnya," kata Khamenei seperti dilansir Latimes.com, Rabu, (8/2/2017).
Advertisement
Berbicara di hadapan para komandan Angkatan Udara Iran di Teheran, Khamenei juga menyampaikan bahwa negaranya tidak takut dengan ancaman Trump. Ia bersumpah protes anti-Amerika besar-besaran akan digelar pada hari Jumat waktu setempat bertepatan dengan peringatan Revolusi Islam Iran 1979.
Dalam kesempatan yang sama, Khamenei juga menyinggung kebijakan anti-imigran Trump yang melarang warga dari tujuh negara muslim, termasuk Iran, masuk ke AS. Menurut dia, perintah eksekutif Trump tersebut menunjukkan "realitas HAM Amerika".
"Klaim mereka soal HAM tidak lagi dapat dipertahankan," ucap Khamenei seperti dilansir CNN yang mengutip kantor berita Iran, Mehr.
Ketegangan antara dua negara meningkat sejak Trump menghuni Gedung Putih. Presiden ke-45 itu berulang kali mengungkapkan penentangannya terhadap perjanjian program nuklir Iran yang disepakati pada era pemerintahan Barack Obama.
Meski demikian, hingga saat ini Trump belum mengambil langkah-langkah konkret untuk "menghancurkan" kesepakatan tersebut.
Uji coba rudal balistik yang dilakukan Iran beberapa hari lalu juga semakin memanaskan hubungan keduanya. Kendati demikian, Negeri Para Mullah itu bersikeras bahwa uji coba tersebut tidak melanggar perjanjian nuklir.
Negeri Paman Sam yang berang mengetahui peristiwa tersebut langsung bereaksi dengan menjatuhkan sanksi baru terhadap sejumlah perusahaan Iran. Trump menegaskan, Iran tengah "bermain api" dan berada dalam "pantauan" AS.
Trump juga menyerang Obama. Ia menilai pendahulunya itu telah mendukung Iran melalui kesepakatan nuklir tersebut.
Sementara itu dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertahanan AS, James Mattis, menyebut Iran sebagai negara tunggal terbesar yang mensponsori terorisme di dunia.
Teheran tak tinggal diam. Merespons reaksi AS, negara itu menggelar latihan militer besar-besaran.
Rezim Iran sendiri mendukung terlaksananya poin-poin dalam perjanjian nuklir yang memungkinkan masuknya investasi asing sekaligus membawa mereka keluar dari isolasi internasional.
Namun seiring dengan pemilu presiden Iran yang akan berlangsung pada Mei mendatang, kritikan keras mengalir untuk kesepakatan nuklir tersebut. Khamenei dan sejumlah pihak mengatakan, AS telah memblokade perekonomian Iran dengan tetap memberlakukan sejumlah sanksi berat.
Khamenei sendiri menolak gagasan untuk berterima kasih kepada pemerintahan Obama.
"Mengapa kita harus berterima kasih kepada mantan presiden? Karena dia menciptakan ISIS? Karena berperang di Irak dan Suriah? Atau karena kemunafikannya?" tutur Khamenei.