Liputan6.com, Parkville - Dalam pidatonya di hadapan para peserta Konvensi Partai Repbulik ketika menerima nominasi sebagai calon presiden, Donald Trump mengutarakan maksudnya mengusir kaum imigran yang dituduhnya meningkatkan kejahatan dalam masyarakat Amerika.
Ia bahkan membeberkan nama sejumlah orang yang disebutnya dibunuh oleh para imigran gelap, katanya, "Ada puluhan ribu dari mereka yang dibebaskan ke tengah masyarakat kita tanpa peduli dampaknya pada keamanan publik..."
Baca Juga
Advertisement
Sebagai presiden, ia telah menandatangani perintah eksekutif yang membatasi masuknya kalangan imigran dari 7 negara dan memberi wewenang pembangunan tembok sepanjang perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko.
Tapi, bagaimana menurut hasil penelitian tentang dampak imigrasi terhadap kejahatan dalam masyarakat AS? Berikut ini adalah rangkuman temuan penelitian seperti dikutip dari The Conversation pada Rabu (8/2/2017):
Penelitian 200 Kawasan Metropolitan
Penelitian oleh Robert Adelman dari University of Buffalo dan Lesley Reid dari University of Alabama mengungkapkan tidak adanya dukungan kepada anggapan selama ini bahwa peningkatan imigrasi berkaitan peningkatan kejahatan.
Penelitian selama lebih dari 20 tahun belakangan telah membenarkan sejumlah kesimpulan oleh komisi kepresidenan di awal Abad ke-20 yang mendapati ketiadaan bukti pendukung kaitan imigrasi dengan kejahatan.
Memang benar ada beberapa perkecualian secara perseorangan (individual), tapi makalah yang ada menunjukkan bahwa secara rata-rata kaum imigran melakukan lebih sedikit kejahatan daripada mereka yang lahir di Amerika.
Bukan hanya itu, kota-kota besar yang memiliki populasi besar kaum imigran secara rata-rata memiliki angka kejahatan yang lebih rendah dibandingkan dengan kota-kota dengan penduduk imigran yang sedikit.
Melalui makalah yang terbit dalam the Journal of Ethnicity in Criminal Justice, bersama-sama dengan Gail Markle, Saskia Weiss, dan Charles Jaret, para peneliti tersebut menelaah hubungan antara imigrasi dan kejahatan.
Data sensus yang ditelaah berkisar dari 1970 hingga 2010 pada 200 kawasan metropolitan yang dipilih secara acak, termasuk pusat-pusat kota dan kawasan sekitarnya.
Penelaahan data jangka panjang memungkinkan pencarian hubungan antara imigrasi dan kejahatan yang berubah seiring ekonomi AS dan asal usul serta jumlah imigran.
Temuan yang paling kentara adalah bahwa untuk kejahatan pembunuhan, penggarongan, perampokan, dan pencurian, maka, bersamaan dengan peningkatan imigrasi, kejahatannya secara rata-rata malah menurun di kawasan metropolitan AS.
Satu-satunya jenis kejahatan yang tidak terpengaruh oleh imigrasi adalah penyerangan dengan pemberatan.
Kaitan itu menjadi bukti yang kokoh dan stabil bahwa imigrasi tidak menyebabkan penambahan kejahatan di kawasan metropolitan AS, malah mungkin menurunkannya.
Ada beberapa gagasan di antara cendekiawan yang mencoba menjelaskan mengapa imigrasi mengerucut kepada penurunan kejahatan. Penjelasan yang paling lazim adalah karena imigrasi menghidupkan lagi (revitalisasi) lingkungan-lingkungan perkotaan melalui penciptaan masyarakat yang bersemangat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Data Selama 20 Tahun
Selama 1 dekade terakhir, Charis E. Kubrin dari University of California, Irvine, dan Graham Ousey dari College of William and Mary mempelajari bagaimana imigrasi ke suatu daerah berdampak kepada kejahatan.
Secara keseluruhan, ada satu temuan yang jelas, yaitu bahwa kota-kota dan lingkungan-lingkungan dengan konsentrasi lebih besar kaum imigran memiliki angka kejahatan dan kekerasan yang lebih rendah, setelah mempertimbangkan hal-hal lain.
Penelitian juga menegaskan, dalam konteks perkotaan, tentang pentingnya pengertian hubungan imigrasi dan kejahatan.
Dalam satu penelitian, misalnya, peneliti mendapati bahwa kota-kota yang secara historis memiliki tingkat imigrasi yang tinggi lebih berkemungkinan menikmati penurunan angka kejahatan.
Temuan dari penelitian terkini yang akan terbit dalam The Annual Review of Criminology juga memperkuat kesimpulan-kesimpulan itu.
Para peneliti melakukan analisis secara meta, artinya secara sistematis mengevaluasi penelitian yang sudah ada tentang hubungan antara imigrasi dan kejahatan di lingkungan-lingkungan, kota-kota, dan kawasan-kawasan metropolitan di seluruh AS.
Peneliti-peneliti itu menelaah temuan dari setidaknya 50 penelitian yang diterbitkan antara 1994 hingga 2014, termasuk penelitian yang diterbitkan oleh Adelman dan Reid yang dilaporkan sebelum ini.
Analisa literatur mengungkapkan bahwa imigrasi memiliki dampak kecil penekanan kejahatan. Dengan kata lain, lebih besar imigrasi maka lebih sedikitlah kejahatan.
Ada beberapa penelitian individual yang mendapati bahwa, seiring dengan peningkatan imigrasi, terjadi juga peningkatan kejahatan. Tapi, 2,5 kali lebih banyak temuan yang menunjukkan bahwa imigrasi sebenarnya berkorelasi dengan menurunnya kejahatan.
Temuan yang paling lazim adalah bahwa imigrasi tidak memiliki dampak kepada kejahatan. Tidak ditemukan bukti yang menengarai bahwa imigrasi mengarah kepada peningkatan kejahatan. Kenyataannya, malah menekan kejahatan.