Liputan6.com, Washington DC - Kebijakan anti-imigran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuai protes dari banyak kalangan, tak terkecuali perusahaan teknologi besar yang bermarkas di negara itu.
Diketahui, ada lebih dari 100 perusahaan teknologi yang 'melawan' kebijakan Trump soal pelarangan warga imigran dari tujuh negara mayoritas muslim untuk datang ke Negeri Paman Sam.
Alasannya, mereka menilai kebijakan itu tidak adil, terlebih banyak para pekerja perusahaan teknologi berasal dari negara yang hendak dilarang.
Baca Juga
Advertisement
Dalam hal ini, Tesla dan SpaceX ternyata juga ikut menentang. Dua perusahaan teknologi milik miliarder Elon Musk itu juga telah menandatangani pengajuan amicus brief (keterangan tertulis) sebagai bentuk dukungan untuk gugatan hukum kebijakan anti-imigran tersebut.
Dengan bergabungnya Tesla dan SpaceX, tercatat kini sudah ada lebih dari 127 perusahaan teknologi yang tergabung dalam pengajuan "amicus brief", termasuk Apple, Facebook, Google Netflix, Twitter, dan Microsoft.
"Kami ingin diikutsertakan dalam pengajuan ini. Bagaimana pun, entrepreneur, politisi, artis dan filantropis yang kini tinggal di AS kebanyakan juga berasal dari kalangan imigran," kata juru bicara Tesla sebagaimana dikutip Huffington Post, Rabu (8/2/2017).
"Pengalaman dan semangat orang-orang yang datang ke AS untuk mencari kehidupan yang baik bagi mereka dan anak-anaknya, terjalin kuat dalam pandangan politik, sosial dan ekonomi negara adidaya,” lanjutnya,
Meski Tesla dan SpaceX secara terang-terangan protes terhadap kebijakan anti-imigran, Musk sendiri menyatakan bahwa ia akan tetap bertahan menjadi anggota dewan penasihat ekonomi Presiden Trump. Hal itu diumumkan melalui akun Twitter-nya, setelah dikritik oleh sebagian pelanggan Tesla.
Dirinya akan tetap ada di dewan meskipun ia juga keberatan dengan perintah eksekutif Trump menyangkut larangan masuk imigran dari tujuh negara mayoritas muslim.
CNBC melaporkan, langkah ini dilakukan Elon Musk setelah sejumlah pelanggan mengatakan, mereka membatalkan pemesanan Tesla Model 3 lantaran Musk dianggap merupakan koneksi Trump.
(Jek/Cas)