Liputan6.com, Washington, DC - Bukan kabar baru jika Donald Trump berhasrat menerapkan kebijakan imigrasi dan terorisme yang ekstrem. Yang mengejutkan ternyata, presiden ke-45 AS itu tak melulu menyukai sesuatu yang "keras", terlebih untuk urusan handuk.
Menurut orang dalam Gedung Putih yang enggan mengungkapkan identitasnya, Presiden Trump mengeluhkan soal kasarnya handuk di pesawat kepresidenan, Air Force One. Demikian seperti dilansir Daily Mail yang mengutip The Huffington Post, Rabu, (8/2/2017).
Advertisement
Namun itu bukan satu-satunya keluhan Trump. Informan Gedung Putih yang sama juga mengklaim bahwa suami dari Melania itu sangat tidak suka membaca begitu banyak pengarahan yang diberikan kepadanya.
Ia meminta agar seluruh materi diringkas menjadi satu halaman dan tidak lebih terdiri dari sembilan poin. Staf kepresidenan itu juga menerangkan, hal itu bukan berarti Trump tidak tertarik belajar banyak, melainkan ia tidak selalu memahami maksudnya dengan tepat.
Dalam satu kesempatan, Trump dikabarkan resah karena ia tidak memahami "kekuatan" dolar AS dan seberapa baik itu bagi perekonomian. Ia pun menghubungi salah seorang penasihatnya.
Dan staf yang dihubunginya adalah penasihat keamanan nasionalnya, Letjen Michael Flynn. Sayangnya, pria itu tidak memiliki latar pengetahuan ekonomi yang memadai.
Flynn bergabung dengan militer tahun 1981. Lantas tahun 2002-2010 ia menjabat sebagai direktur intelijen dalam berbagai divisi militer. Sementara itu, periode 2012 hingga masa pensiunnya pada 2014, Flynn ditunjuk sebagai direktur Badan Intelijen Pertahanan.
Trump disebut-sebut menelepon Flynn pada pukul 03.00. Dalam percakapan keduanya, Flynn menyarankan agar presiden AS itu menghubungi seorang ekonom. Baik Flynn mau pun Gedung Putih belum merespons kebocoran informasi ini.
Bagaimana pun kebocoran informasi, terlebih bagi seorang presiden AS bukan hal yang lazim. "Insiden" ini terjadi kurang dari sebulan pasca-pelantikan Trump.