Liputan6.com, Washington DC - Serangan militer AS di sebuah kompleks Al Qaeda di Yaman pada akhir Januari 2017 lalu menelan sejumlah korban. Beberapa hari setelah serangan pertama militer AS di bawah perintah Donald Trump, pemimpin kelompok militan di Semenanjung Arab (AQAP) merilis pesan audio teruntuk orang nomor satu di Amerika.
Salah satu isinya, mengejek Presiden Amerika baru.
Advertisement
Dalam sebuah rekaman berdurasi 11 menit, pemimpin AQAP, Qassim al-Rimi mengutuk serangan pada 29 Januari. "The new fool of the White House received a painful slap across his face," demikian salah satu isinya.
Potongan ucapan itu berarti bahwa Gedung Putih yang mengacu pada Trump, telah menerima penghinaan.
Pesan itu dirilis secara online pada Sabtu 4 Februari, dan diterjemahkan oleh Kelompok Intelijen SITE.
Dalam rekaman itu, Rimi juga mengklaim puluhan orang Amerika tewas dan terluka. Pernyataan yang bertolak belakang dengan informasi dari AS, yang melaporkan hanya ada satu korban, Navy SEAL, Kepala Petty Officer William 'Ryan' Owens. Dengan tiga anggota SEAL terluka.
Dalam rekaman tersebut, Rimi mengakui jumlah warga AS yang menjadi korban tewas upaya kontraterorisme bersama antara Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, adalah 14 pria dan 11 wanita termasuk anak-anak.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan kepada CNN pada Senin 6 Februari, bahwa Rimi kini menjadi target operasi mereka.
Militan Paling Berbahaya?
Al Qaeda di Semenanjung Arab dilaporkan telah mendeteksi tim SEAL, sebelum mencapai tujuannya menggempur AQAP yang memicu baku tembak.
Dari pemberitaan terkait serangan itu, militer mengatakan tujuan misi tersebut adalah untuk mengumpulkan data intelijen dari afiliasi Al Qaeda di Yaman.
Pada Jumat 3 Februari, Pentagon merilis klip dari video pelatihan Al Qaeda dari hasil penyerbuan akhir Januari lalu. Tetapi kemudian mereka menghapusnya, karena setelah dianalisa didapati bahwa video tersebut ternyata berusia hampir satu dekade.
Pejabat pemerintah AS sebelumnya mengatakan kepada CNN, sudah berencana melakukan serangan berbulan-bulan sebelum Obama mengakhiri kepemimpinannya. Presiden yang baru, Donald Trump yang akhirnya memberikan lampu hijau atas misi tersebut, tak lama setelah pelantikannya.
Pentagon mengatakan penyerbuan tersebut mengakibatkan kematian 14 militab Al Qaeda, termasuk dua pemimpin AQAP.
Banyak pengamat menganggap Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang paling berbahaya, jaringan Al Qaeda yang dibentuk pada 2009.
Rimi dilaporkan menjadi bos kelompok AQAP setelah serangan pesawat tak berawak pada 2015 yang menewaskan Nasir al-Wuhayshi.