Liputan6.com, Jakarta Pria dengan kisaran usia 25 hingga 35 tahun yang masih lajang umumnya dinilai sering melakukan seks. Asumsi ini memang tidak bisa sepenuhnya disalahkan.
Dengan usia mereka yang tergolong masih sangat aktif hasratnya melakukan seks serta tidak adanya batasan dari jalinan asmara dengan siapa pun, membuat mereka lebih sering dipandang sebagai orang yang suka mencoba wanita sana-sini.
Namun faktanya pria lajang era masa kini tidak sesering itu terlibat dalam aktivitas seksual seperti yang kita bayangkan. Seperti dimuat laman Science of Relationship, Rabu (8/2/2017), survei yang telah dilakukan oleh National Survey of Sexual Health and Behavior (NSSHB) menunjukan adanya penurunan aktivitas seksual pada pria lajang di era modern.
Advertisement
Setelah diteliti, hanya 10 persen pria lajang yang aktif melakukan seks. Sedangkan mereka yang sudah menikah 66 persen lebih sering melakukannya.
Pria lajang dinilai tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya lebih dari dua kali seminggu dan tidak akan mendapatkan keberuntungan melakukannya setiap minggu. Sementara pria menikah lebih mungkin mendapatkannya.
Jadi, apa alasan di balik menurunnya aktivitas seks para pria lajang di era modern ini?
Mengandalkan tontonan porno
Seperti dilansir dari Washington Post, ada banyak alasan yang melatarbelakangi penurunan tersebut. Alasan pertama adalah pria lajang, khususnya usia 25-35 lebih memilih untuk menghabiskan waktu menonton televisi atau berkumpul dengan teman-temannya usai bekerja.
Mereka umumnya sudah terlalu lelah sehabis bekerja dan menjadi enggan mencari pasangan bercinta apalagi saat hari-hari biasa bukan akhir pekan.
Kalau pun mereka tiba-tiba ingin bercinta, mereka akan mengandalkan tontonan porno sebagai bahan untuk masturbasi. Bagi mereka, hal ini lebih mudah, cepat dan aman. Imajinasi serta waktu kapan mereka harus orgasme bisa sepenuhnya dikendalikan oleh mereka tanpa harus memikirkan kepuasan pasangan bercinta.
Advertisement
Takut ditagih komitmen
Alasan kedua, para pria lajang dengan kisaran usia tersebut menyadari sulitnya mencari pasangan bercinta di era sekarang. Kebanyakan wanita dengan kisaran usia sama mendambakan hubungan pernikahan dan pria lajang menyadari bahwa hubungan seksual dengan mereka ada harganya yaitu, komitmen untuk menjalin hubungan asmara. Kalau pun dapat pasangan bercinta, para pria lajang tidak akan selalu mendapatkan kesempatan bercinta dengannya setiap minggu.
Terlebih, dengan maraknya pemberitaan soal meningkatnya jumlah pengidap penyakit seks menular, para pria lajang lantas berpikir dua kali untuk melakukan seks sembarangan dengan wanita yang baru ditemui.
Wanita yang mudah memberikannya dianggap sering melakukan seks dengan orang lain dan ini memungkinkan dirinya untuk menderita penyakit seks menular. Tentunya para pria lajang memilih untuk menghindari risiko tersebut.
Alasan ketiga, menggunakan jasa pelayanan seks dianggap mahal biayanya. Selain itu, para pria lajang juga akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan dana besar setiap minggunya hanya untuk kepuasan seks.