Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia menguat meski data pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS) menunjukkan kenaikan secara mingguan.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 17 sen atau 0,3 persen ke level US$ 52,34 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman April di bursa berjangka London's ICE naik 7 sen atau 0,1 persen menjadi US$ 55,12 per barel.
"Harga minyak mentah almi reli usai ada aksi jual," ujar Troy Vincent, Analis ClipperData, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (9/2/2017).
Penguatan harga minyak di tengah pasokan AS meningkat. Berdasarkan data the US Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah naik dalam lima minggu berturut-turut.
Baca Juga
Advertisement
Persediaan minyak mentah naik 13,8 juta per barel untuk dalam negeri hingga 3 Februari. Sedangkan American Petroleum Institute melaporkan kenaikan perserdiaan minyak 14,2 juta barel. Kenaikan persediaan minyak secara mingguan ini belum pernah setinggi sejak 28 Oktober. "Total persediaan minyak 506,8 juta barel," ujar Vincent.
Analis S&P Global Platts Anthony Starkey menilai, kenaikan persediaan minyak didorong lonjakan impor. Ini memberikan kontribusi kenaikan persediaan minyak tertinggi secara mingguan.
"Impor dari negara-negara OPEC tetap tinggi. Meski pun pasokan telah dipangkas dari negara OPEC sehingga membantu pasar dalam beberapa bulan," ujar dia.
Stanley menuturkan, ada sejumlah spekulasi sehingga mendorong persediaan minyak besar. Salah satunya bisa dipicu dari strategi penjualan minyak AS.
Pasar telah menunjukkan kekhawatiran pertumbuhan produksi minyak AS dapat memutar balikkan kondisi kenaikan harga minyak. Ini mengingat negara pengekspor minyak tergabung dalam OPEC sudah memangkas produksi.
Berdasarkan perkiraan terbaru EIA, produksi minyak mentah AS akan naik menjadi 9 juta barel per hari. EIA pun mengharapkan pasar minyak dunia dapat seimbang pada 2017.